JH Alifulhaq Terapi Alif
Posting kali ini sedikit lain. Dari judulnya terasa sentimentil. Barangkali terkesan cengeng. Tidak apa-apa, tetapi di posting ini saya ingin berbagi salah satu hal yang sangat mendasar yang sering diabaikan oleh kebanyakan orang.
Semalam saya bicara dengan Elan anak kami di KL. Cukup lama kami ngobrol kali ini, hampir satu jam. Saya bilang pada Elan :" Papa malam ini jadi sentimentil ". Elan mengomentari:" Mungkin Papa sudah merasa lega karena tidak ada lagi yang menjadi beban".
Apa yang dikatakan Elan benar, saya bersyukur sangat dalam pada Allah Ta'ala Rabbku, kami dikaruniai anak2 yang kami banggakan, terutama dalam kehidupan beragama mereka yang lurus2, tidak macam2 dalam arti modifikasi.
Hal yang membuat saya sentimentil juga karena mengenang masa kecil mereka menjelang lebaran begini. Saya dan isteri saya berjuang bahu membahu untuk membahagiakan mereka, kesayangan kami berdua. Saya sebagai kepala rumah tangganya mencari uang untuk membeli baju baru mereka serta makanan dan minuman kesukaan mereka. Isteri saya membuat kue lebaran sampai menghabiskan tujuh kilogram terigu. Saya beli minuman ringan kesukaan mereka coca cola dan sejenisnya paling tidak empat krat ukuran botol satu liter, kadang2 sampai enam krat.
Saya jadi geli sendiri kalau ingat kelakuan mereka ketika musim lebaran. Setiap pagi mereka masing-masing memeluk stoples kue kesukaannya, makan sepuasnya. Minumnyapun bukan air putih tetapi minuman ringan yang saya beli, baru habis seminggu atau dua minggu setelah lebaran.
Ada satu masa menjelang lebaran saya sangat kalut dan campur sedih. Tiga hari menjelang lebaran saya belum dapat uang untuk beli baju mereka dan makanan serta minuman kesukaan mereka seperti biasanya. Tetapi saya tidak putus asa karena saya yakin Allah Ta'ala Rabbku Yang Maha Belas Kasih tidak akan membiarkan anak2 kesayangan kami, kesayangan Dia juga bersedih dalam suasana lebaran.
Begitu sampai di kantor, teman kantor memberikan nomor telepon seseorang yang mencari saya, dan meminta saya telepon kepadanya. Dia saya kenal, tetapi tidak terlalu akrab, dia seorang pengusaha. Saya diminta membuat naskah untuk film dokumenter dan harus diserahkan paling lambat besok katanya dan sudah diserahkan di kantornya sore hari. Saya sepakat honor berapa yang dibayar tunai setelah naskah diserahkan. Saya sangat bersyukur pada Rabbku, sehari menjelang lebaran saya dapat uang untuk beli baju baru anak2 dan beli makanan kegemaran anak2. Saya bersyukur yang sangat dalam pada Rabbku.
Begitu anak2 kami berangkat remaja, empat dari lima bersaudara ini adakalanya memberontak yang berkaitan sejumlah masalah dengan cara dan perilaku yang beragam. Mereka anak2 yang sangat cerdas, saya pahami dan maklumi tentang perilaku mereka ini, sehingga saya dan isteri saya tetap sabar dan tabah membimbing dan mendidik mereka dengan berbagai macam cara yang berbeda untuk setiap anak dengan hati penuh kasih sayang.
Alhamdulillah, benar kata Elan siperti saya kutip diawal posting, sekarang anak2 saya semuanya berbuat baik pada kami sebagai orangtua mereka. Sayapun bilang pada Elan :" Papa sangat bangga dan sangat bahagia dikarunia kalian anak2 yang sangat hebat. Di masa tua ini Papa sebagai pensiunan PNS bisa hidup layak dan berkecukupan karena ada andil kalian juga".
Selesai ngobrol dengan Elan, saya ingat ibu saya almarhumah, mengenang beliau dengan haru yang dalam membuat saya lebih sentimentil. Waktu saya masih balita saat sakit, salah satu tembangnya untuk menina bobokan saya, "Kamu kalau sudah besar hafal Al Qur'an dengan bacaan yang sangat merdu".
Ingat juga waktu kecil di rumah dulu, masa2 menjelang lebaran dan lebaran adalah hari2 yang sangat istimewa, dibelikan baju baru, makan yang enak2 lain dari biasanya.
Setelah kedua orangtua saya sudah tua, ketika saya jadi reporter TVRI saya sering pulang jenguk mereka bisa empat sampai lima kali setahun, kalau kebetulan ada tugas peliputan ke arah sana.
Kenangan yang membuat saya lebih terharu semalam, mengenang ibu saya ketika saya beri uang sewaktu saya menjenguk, beliau selalu menyucurkan air mata sambil berkata:" Kamu kasih aku uang begini banyak, apa buat kamu sendiri cukup ". Saya jawab dengan tegas :"Uang saya masih banyak". Padahal dompet saya sudah kosong sehingga untuk beli tiket pesawat untuk kembali ke Jakarta harus pinjam pada kerabat.
Saya paham sejumlah isyarat yang disampaikan ibu saya waktu itu dibalik cucuran air mata beliau. Tetapi hanya satu yang ingin saya ungkapkan ini dibalik cucuran air mata beliau itu ADA DO'A SANGAT DAHSYAT buat saya dan anak keturunan saya yang mungkin Allah Ta'ala Yang Maha Belas Kasih merasa malu untuk tidak mengabulkannya. Saya diberi karunia kenikmatan hidup masa tua seperti ini, menurut keyakinan saya tidak lepas dari andil doa kedua orangtua saya, terutama ibu saya. Ini membuat saya sangat haru, larut dalam suasana batin yang sangat dalam. Maha Suci Engkau Rabbku Yang Maha Belas Kasih.
Setelah ingat dan mengenang ibu saya, tiba2 ingat ibu mertua, ingat kata2 yang sering diucapkan pada saya :"Aku sangat bangga dan bahagia ketika kamu membopong aku, saat kamu bahwa aku ke rumah sakit. Kamu tidak mau pakai kursi roda atau kereta dorong di rumah sakit". Beliau sering juga mengatakan :" Kamu tidak kaya, tetapi kamu dan isteri kamu sering kasih aku uang".
Saya juga sangat paham isyarat dibalik kata almarhumah ibu mertua saya, membuat saya terharu dan bahagia.
Alhamdulillah saya bersyukur kepada Allah Ta'ala Yang Maha Belas Kasih yang memberi karunia kepada saya orang2 yang sangat menyayangi dan sangat mencintai kami sekeluarga dan keturunan kami dengan sangat tulus.
Tetapi dalam kehidupan saya sejak kecil sampai setua ini, selama 64 tahun lebih umur saya, banyak saya temukan manusia yang tidak memperlakukan orangtua secara layak, malah ada yang menyakiti bahkan ada yang menjahati orangtua mereka. Aku berlindung pada Allah Ta'ala Rabbku Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana dari hal seperti ini, semoga hal ini tidak menimpa keluarga dan anak keturunan saya.
Mungkin diantara anda ada yang bertanya seperti apakah perlakuan pada orangtua yang tidak layak. Kalau dijelaskan semua hal ini akan jadi panjang. Saya ambil salah satu contoh yang sederhana saja. Misalnya anda memelihara orangtua anda di rumah, ibu, bapak atau dua2nya, anda cukupkan makan dan minumnya, tidurnya nyaman dan sebagainya sudah anda cukupkan semua, mungkin anda merasa itu sudah cukup, mereka tidak perlu apa2 lagi. Tetapi ingat mereka butuh bersedekah dengan tangan mereka sendiri, memberi cucu2nya uang dengan tangan mereka, memberi uang pada fakir miskin atau infaq di mesjid. Banyak orang berpikir bahwa mereka sudah infak dan sedekah mewakili orangtua mereka, itu sudah cukup, tetapi menurut orangtua, itu kurang afdol kalau bukan dari tangan mereka yang memberi meskipun uang itu dari anaknya juga. Begitulah yang dilakukan ibu saya almarhumah semasa hidup beliau dan saat cerita pada saya dengan mata berbinar-binar penuh kebahagian, bagaimana beliau membelanjakan uang saya berikan.
Ada juga saya saksikan, ketika orang tua mereka berkunjung ke rumah mereka, yang diterima oleh orangtua mereka adalah keluhan tidak punya uang padahal mereka punya mobil, rumah bagus dan mewah, tidak memberi orangtua mereka sepeserpun, kalaupun memberi sangat sedikit. Saya merasa heran apakah mereka tidak malu memperlakukan orangtua mereka seperti itu, padahal orangtua mereka dengan ikhtiar dhahir dan bathin secara terus menerus memperjuangkan masa depan mereka sampai mereka jadi seperti itu. Adakalanya orangtua menjual dan mengorbankan segala apa yang dimilikinya demi anaknya. Mungkin orang2 seperti itu dengan congkaknya berpikir bahwa apa yang dicapainya adalah hasil kerja keras dia, tidak ada andil orangtua mereka.
Apa yang saya saksikan selama hidup saya, orang yang memperlakukan orangtua mereka tidak layak, apalagi menyakiti hati mereka atau menjahati mereka, akhir perjalanan hidupnya sangat parah dalam arti penderitaan yang luar biasa. Ini hukum Allah Ta'ala Yang Maha Adil yang menjadi ketetapanNya yang tidak akan dirubahnya. Allah Ta'ala dalam Al Qur'an menegaskan, tugas manusia di dunia, setelah ibadah pada Allah Ta'ala, urutan kedua berbuat baik pada kedua orangtua.
Kalau anda sudah berbuat dosa kepada orangtua, mereka tidak mengampuni anda, maka anda tidak bisa menebus dengan apapun untuk menghilang dosa dan derita tadi sampai anda mati. Umpamanya anda tebus dengan bumi dan langit kalau itu milik anda, tidak bisa juga. Begitu juga dengan ibadah apapun dan berapapun ibadah tidak akan bisa menebusnya meskipun anda umpamanya diberi umur sejuta tahun untuk beribadah.
MAHA SUCI RABBKU yang menunjukkan berbagai peristiwa dan kejadian dan menyingkap hikmah dibaliknya.
MENDIAGNOSIS PENYAKIT NONMEDIS
SEMBUH SEKETIKA BUKAN MUKJIZAT ATAU KEAJAIBAN
MEMBURU IBLIS SAMPAI KE SARANGNYA
ME