Custom Search
Link

Friday, September 26, 2008

Akses Ke Alam Jin Dan Syetan

JH Alifulhaq Terapi Alif
Suatu malam, seorang teman dekat menelpon saya. Dia ingin bertamu ke rumah saya saat itu juga. Dia mau ajak seorang temannya.
Teman saya yang satu ini sangat kritis dan sangat tertarik dengan pengetahuan yang berkaitan dengan agama dan dimensi lain dari alam ini. Dia banyak tanya dan kadang-kadang berdiskusi tentang alam jin dan syetan dengan saya. Tapi dia belum pernah puas karena tidak bisa lihat sendiri alam jin dan syetan. Sama dengan sejumlah orang yang datang pada saya ingin melihat alam jin dan syetan, tetapi tidak bisa sama sekali. Kebanyakan yang bisa lihat alam jin dan syetan adalah mereka yang menderita sakit non medis, artinya penyakitnya disebabkan oleh ulah jin dan syetan, termasuk sihir dan santet.
Rupanya teman saya ini mengajak temannya yang baru saja ketemu dan bertamu ke rumahnya. Temannya ini bisa mengakses dan masuk ke alam jin dan syetan. Teman saya kelihatan senang karena rasa penasaran tentang alam jin dan syetan bisa segera terobati.
Orang ini bercerita bahwa dia diajari oleh ustadznya, bagaimana cara masuk ke alam jin dan syetan. Sejumlah kalimat dan rapalan yang harus diamalkan terus menerus setiap hari diajarkan. Satu tahun lebih dia dengan tekun dan sabar mengamalkan apa yang dijarkan oleh ustadznya. Akhirnya dia bisa akses ke alam jin dan syetan.
Duduk di depan saya di rumah saya, disaksikan oleh teman saya tadi, orang tersebut komat kamit beberapa menit saat dia hendak mengakses alam jin dan syetan. Kemudian dia menyatakan telah melihat alam jin dan syetan. Saya tanya apa yang dilihatnya, dia jawab, jin temannya yang biasa ketemu dia. Jin tersebut tersebut punya kedudukan tinggi di suatu kerajaan jin. Saya tanya lagi, apakah dia sudah pernah lihat raja dari kerajaan tersebut, dia katakan belum. Begitu saya tawarkan apakah dia ingin melihat rajanya, diapun langsung mengatakan mau. Kemudian saya panggil rajanya untuk datang menemui dia dan berkenalan dengan dia. Orang ini melihat Rajanya datang, memberi hormat kepada saya, kemudian menemuinya. Saya katakan pada orang ini, “silahkan tanya dan ngobrol sendiri dengan Raja tersebut, Insyaallah dia tidak akan berani bohong atau mengganggu serta memperdaya anda di depan saya, selama anda tidak melanggar apa yang telah saya tetapkan dalam urusan dengan mereka, selama anda tidak bertindak sendiri, dalam arti segala sesuatu yang anda lakukan di alam itu harus minta ijin dulu pada saya, karena saat ini anda berada dibawah tanggung-jawab saya “. Orang inipun tidak berani melanggar karena tahu persis, betapa sakit dan perihnya kalau dihajar di alam jin dan syetan, dan tidak bisa dibuat main-main. Dia pernah bertarung di alam jin dan syetan, melawan satu jin saja sangat sulit dan sangat menyakitkan. Dia tidak mau hal itu terulang.
Sayapun minta dia mengecek apa benar yang datang itu raja dari teman jinnya. Dia membenarkan karena teman jinnya sujud padanya dan mengiyakan.
Orang ini memandang saya penuh keheranan. Dia bingung, saya tidak mengucapkan apa-apa atau komat-kamit seperti dia, langsung bisa memanggil raja dari salah satu kerajaan jin. Istilah dia, saya tidak pakai password seperti dia, saya langsung enter.
Kemudian saya tantang dia, mau lihat apa lagi di alam jin dan syetan, kerajaan atau mau ketemu tokoh mana saja yang dia mau. Dia senang melihat kerajaan-kerajaan jin dan syetan yang ingin dia lihat, serta tokoh-tokoh yang yang ingin dia ketemu dengan jaminan bahwa dia tidak akan diganggu selama dia berada dibawah tanggung jawab saya.
Tapi teman dekat saya yang penuh antusias mengikuti peristiwa ini, tidak pernah bertanya apapun pada saya atau pada temannya yang sedang melihat alam jin dan syetan. Dia hanya minta saya untuk bisa menghadirkan dihadapan temannya, tokoh yang sangat terkenal di komunitas dia. Sayapun memenuhinya, tetapi temannya tidak sanggup melihat tokoh tersebut karena diliputi oleh cahaya yang terang benderang.
Dalam penjelejahan di alam jin dan syetan, seseorang yang berada di level bawah tidak mungkin bisa atau mampu melihat kerajaan atau tokoh yang berada di level lebih atas dalam hirarki alam jin dan syetan.
Misalnya si A bisa melihat kerajaan Nyi Roro Kidul yang berada di dasar laut selatan, tidak akan bisa melihat kerajaan atau tokoh yang berada dilevel lebih atas dari itu. Saya sebenarnya bisa memaksa mereka untuk menampakkan diri kepada seseorang yang bisa melihat alam jin dan syetan, tetapi orang tersebut tidak akan sanggup melihatnya karena dia akan merasakan sakit kepala yang luar biasa, terasa seperti kepalanya mau pecah.
Pada akhir pertemuan dengan tamu saya tadi, dengan gampangnya menyatakan bahwa dia akan membawa nama saya kalau menemui kesulitan dengan jin dan syetan. Saya tegaskan, itu tidak ada gunanya, karena segala sesuatu yang dia lakukan yang berkaitan dengan jin dan syetan adalah tanggung jawab dia sendiri. Tetapi kalau dia melakukan segala sesuatu atas sepengetahuan saya dan atas jaminan saya tentunya, maka berarti dia berada di jalur saya sehingga setiap gangguan dan kesulitan yang dia temui dari jin dan syetan akan melibatkan saya.
Saya tidak mungkin segampang itu memberi jaminan semacam itu kepada seseorang yang berada jauh dihadapan saya, meskipun itu anak kandung saya sendiri. Resikonya bagi saya terlalu berat karena berada diluar jangkauan pengawasan saya. Kalau yang dijamin bertindak salah, tentu akan sangat fatal bagi saya.

September 2008.


CATATAN :
Saya telah membahas secara mendalam dan detail tentang syetan, jin dan Iblis, seperti apa mereka, bagaimana kehidupan mereka dan dimana mereka hidup, bagaimana interaksinya dengan setiap diri anak manusia yang mengakibatkan berbagai masalah bagi setiap anak manusia.
Saya juga membahas secara mendalam dan detail tentang jiwa setiap anak manusia, apa yang dimaksudkan dengan jiwa manusia, dimana keberadaan mereka, perannya yang sentral bagi setiap diri anak manusia, persoalan yang dialami oleh anak manusia ketika jiwanya error terutama kaitannya dengan penyakit nonmedis atau medis, apa yang membuatnya error dan bagaimana cara atau upaya memperbaikinya dalam arti penyembuhannya.
Semuanya saya bahas menggunakan fakta empiris yang saya peroleh selama menggeluti penyakit nonmedis 30 tahun lebih.
Untuk informasi tentang kedua buku tersebut silahkan klik ini
BUKU TERAPI ALIF

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Tuesday, September 23, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 15

JH Alifulhaq Terapi Alif.
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat 16 surat Qaf kita menangkap apa yang tersirat bahwa kebimbangan/keraguan/syak dalam jiwa itu sangat tersembunyi sehingga sangat sulit untuk diketahui, kecuali oleh Allah Taala Rabb yang menciptakan manusia.
Manusia sebagai pemilik jiwa jarang menyadari dan mengetahui keraguan dan kebimbangan yang bertahta dalam jiwanya. Inilah salah satu jenis kejahatan setiap diri manusia. Makanya Rasulullah saw sering berdo’a pada Allah Taala, memohon perlindungan dari kejahatan diri beliau sendiri.
Dari apa yang saya ungkapkan sebelumnya, saya lebih condong menafsirkan kata khannas atau khunnas sebagai jiwa yang sifatnya bimbang/ragu/syak, jiwa yang gampang diobok-obok atau dipengaruhi oleh pihak luar baik dari pihak manusia sendiri maupun jin, syetan dan Iblis. Disamping gampang dipengaruhi secara bathiniah, juga bisa dengan cara lahiriah. Setiap manusia dan jin punya jiwa ini.
Kenapa jiwa seperti ini bisa tumbuh menjadi kuat sampai bisa menjerumuskan anak manusia kedalam jurang kedurhakaan karena manusia tidak punya kamauan yang kuat untuk mematuhi perintah Allah Taala. Sekali lagi kemauan yang kuat. Hal ini dijelaskan oleh Allah Taala dalam surat Thahaa ayat 115 yang terjemahannya : “ Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan Adam dulu ( untuk tidak memakan buah khuldi ), tetapi ia lupa dan tidak Kami lihat padanya kemauan yang kuat”.
Jadi al khannas ini bahagian dari jiwa manusia, menempati posisi yang dalam dari jiwa manusia dan disinilah Iblis dan syetan mengilhamkan kedurhakaan pada setiap anak manusia, membuka benteng keimanan seseorang dengan cara menanamkan keraguan/kebimbangan dan waswas.
Maka sampailah saya pada kesimpulan penafsiran ayat keempat seperti ini : “ Dari kejahatan jiwa yang bersifat waswas/ragu/bimbang yang senantiasa membuat/mempengaruhi untuk menjadi waswas/ragu/bimbang “.
Kemudian ayat berikutnya ditafsir : “ Yaitu yang membuat/menjadikan keraguan/kebimbangan/waswas dalam dada manusia “. Ada yang menafsirkan kata sudur sebagai hati, tetapi hal itu tidak tepat. Kalau Allah Taala menghendaki kata hati disitu tentu akan digunakan kata qalbi atau af’idah. Kata sudur berarti dada. Dalam dada manusia, ada hati, perasaan, emosi, naluri, dan lain-lain. Inilah yang di pengaruhi oleh al khannas supaya jadi waswas.
Kita bisa bayangkan bagaimana hebatnya kejahatan yang dilakukan melalui al khannas ini. Larangan Allah saja bisa dimanipulasi menjadi perintah seperti yang dialami oleh Adam as bersama isterinya. Inilah cobaan yang paling berat bagi anak manusia, merasa benar segala perbuatan dan amalannya dan sesuai dengan ketentuan Allah, tetapi dalam kenyataannya banyak yang menyimpang baik karena tidak tahu, tidak sadar, tetapi bahkan ada yang sadar demi mengambil keuntungan pribadi atau keuntungan kelompoknya.
Pada ayat terakhir Allah Taala menerangkan bahwa al khannas ini asalnya dari manusia dan jin.
Saya kira cukup sampai disini pembahasan surat Al Falaq dan An Nas, semoga Allah Taala membukakan hati kita untuk memahaminya.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

CATATAN :
Saya telah membahas secara mendalam dan detail tentang syetan, jin dan Iblis, seperti apa mereka, bagaimana kehidupan mereka dan dimana mereka hidup, bagaimana interaksinya dengan setiap diri anak manusia yang mengakibatkan berbagai masalah bagi setiap anak manusia.
Saya juga membahas secara mendalam dan detail tentang jiwa setiap anak manusia, apa yang dimaksudkan dengan jiwa manusia, dimana keberadaan mereka, perannya yang sentral bagi setiap diri anak manusia, persoalan yang dialami oleh anak manusia ketika jiwanya error terutama kaitannya dengan penyakit nonmedis atau medis, apa yang membuatnya error dan bagaimana cara atau upaya memperbaikinya dalam arti penyembuhannya.
Semuanya saya bahas menggunakan fakta empiris yang saya peroleh selama menggeluti penyakit nonmedis 30 tahun lebih.
Untuk informasi tentang kedua buku tersebut silahkan klik ini
BUKU TERAPI ALIF
TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Monday, September 22, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 14

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Jadi perasaan dan hati yang ragu, waswas dan syak adalah kelemahan paling fatal bagi setiap diri manusia. Dalam surat Qaf ayat 16 Allah Taala menerangkan tentang waswas di dalam jiwa, tetapi kebanyakan ahli tafsir menafsirkan sebagai bisikan dalam hati. Dari ketiga ayat yang ada kata waswas didalamnya, Allah Taala menerangkan pada kita bahwa kejahatan yang berbentuk waswas yang dilakukan syetan pada setiap manusia adalah pada jiwanya. Keraguan dan kebimbangan ini ditanamkan oleh syetan kedalam jiwa. Hubungan antara jiwa manusia dengan syetan ini banyak saya bahas di blog ini. Jadi untuk menanamkan kebimbangan, keraguan dan waswas kedalam jiwa setiap manusia tidaklah sulit bagi syetan selama jiwa manusia tersebut tidak dilindungi oleh Allah Taala Rabb Penciptanya.
Kata kunci berikutnya di ayat keempat surat An Nas adalah kata al khannas. Dalam Al Qur’an kata ini hanya disebut dua kali, di surat An Nas yang sedang kita bahas ini dan surat At Takwir ayat 15. Akar katanya khanasa, di kamus bahasa Arab- Indonesia Al Munawir berarti : tertinggal, terlambat, mengakhirkan, menangguhkan, memegang, menggenggam, tersembunyi, menutupi, berkata keji/kotor. Kemudian setelah mengalami perubahan bentuk menjadi khannas dalam surat An Nas diterjemahkan dengan syetan, demikian yang kita temui dalam kamus bahasa Arab-Indonesia Al Munawir serta buku tafsir dan terjemahan Al Qur’an. Sementara pada surat At Takwir bentuknya menjadi khunnas, yang dalam kamus bahasa Arab-Indonesia Al Munawir dan hampir semua buku-buku terjemahan dan tafsir Al Qur’an diterjemahkan sebagai bintang siarah atau planet. Pada tafsir Jalalain diartikan sebagai lima planet yaitu Uranus, Yupiter, Mars, Venus dan Pluto. Tetapi bagi saya penerjemahan dan penafsiran ayat 15 dan ayat 16 surat At Takwir di buku-buku tafsir yang ada masih tanda tanya besar karena banyak sisi lemahnya sehingga membingungkan. Tafsir Jalalain menafsirkan ayat 15 At Takwir seperti ini : “ Sungguh Aku bersumpah dengan bintang-bintang “. Sementara tafsir Ibnu Katsier seperti ini : “ Maka Aku takkan bersumpah dengan bintang-bintang untuk membuktikan kebenaran apa yang telah aku nyatakan itu, karena sangat jelas gamblang”.
Dari dua tafsir ini sudah sangat membingungkan kita, satu mengatakan Aku bersumpah, sementara yang lainnya Maka Aku Takkan bersumpah. Dua hal yang berlawanan dan bertolak belakang.
Kemudian yang membingungkan juga, ayat 16 surat At Takwir ini menerangkan ayat 15 yang bunyi ayatnya : “ Aljawaaril kunnasi “. Ditafsirkan dengan : “ Yang beredar dan yang terbenam “. Tetapi begitu kita cari dalam Al Qur’an dan kamus bahasa Arab Indonesia, kita tidak menemukan kata jawaari yang berarti terbit, demikian juga kata kunnas tidak ada yang berarti tenggelam.
Dalam kasus ini saya memilih penafsiran : “ Maka aku tidak akan bersumpah……………” , karena awal ayat ini berbunyi : “ Falaa uqsimu “. Sementara kata khunnas berkaitan erat dengan kata khannas dalam surat An Nas. Kalau kata khunnas ditafsirkan menjadi bintang atau planet, maka hal ini sangat bertentangan dengan ayat-ayat lain dalam Al Qur’an yang menyatakan Allah bersumpah demi bintang dan sebagainya. Tidak mungkin Allah Taala tidak konsisten dalam firmanNya. Alasan lainnya, kenapa saya lebih condong menafsirkan khunnas sejajar atau sama seperti khannas, karena Allah Taala tidak mau bersumpah dengan makhluk yang membuat kejahatan. Bagi saya ini logis dan masuk akal.
Sekarang kita kembali kepada kata khannas dalam surat An Nas. Kesulitan kita menangkap secara benar makna kata ini karena penggunaan kata ini hanya dua di dalam Al Qur’an, yaitu di surat At Takwir dan An Nas. Kalau saja penafsirannya pada surat At Takwir, benar dan pas, maka akan memudahkan kita untuk menangkap makna dari kata khannas ini. Kata kunci yang satu ini sangat penting untuk mengetahui jenis kejahatan yang hebat ini.
Kalau kata khannas diterjemahkan sebagai syetan yang biasa bersembunyi, dimana dia bersembunyi dan bagaimana cara sembunyinya, agar kita bisa tahu sehingga kita bisa meminta secara tepat pada Allah Taala pada saat berdo’a atau bermunajat, kemudian kita focus dalam upaya melawan syetan tersebut.
Untuk menafsirkan kata khannas ini saya lebih condong menggunakan ayat 16 surat Qaf yang terjemahannya : “ Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia sedangkan kami mengetahui apa yang dibisikkan dalam hatinya dan kami lebih dekat daripada urat lehernya “. Hampir semua buku tafsir dan terjemahan menafsirkan “ tuwaswisu nafsuhu “ dengan “ bisikan dalam hati “. Seperti saya jelaskan sebelumnya saya lebih condong menafsirkan kedua kata yang menjadi potongan ayat 16 surat Qaf itu dengan keraguan/kebimbangan/syak dalam jiwa.
Bersambung.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Sunday, September 21, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 13

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Seperti saya ungkapkan sebelumnya, kejahatan yang paling hebat dan paling berat yang senantiasa mengintai dan atau menjajah setiap anak manusia adalah kejahatan yang disebutkan oleh Allah Taala pada ketiga ayat terakhir surat An Nas ini.
Ayat keempat, terjemahannya berbunyi : “ Dari kejahatan ( bisikan ) syetan yang biasa bersembunyi”. Seperti itulah tafsir atau terjemahan yang kita temui di terjemahan-terjemahan dan atau tafsir-tafsir Al Qur’an yang ada. Kalau kita teliti dan renungkan secara mendalam terjemahan seperti itu agak susah menangkapnya, karena kurang mewakili seperti apa yang dterangkan oleh Allah Taala dengan ayat tersebut.
Kata waswaas, kalau kita cari dalam kamus bahsa Arab-Indonesia Al Munawir, ada tiga artinya ;
1.pikiran/bisikan hati yang jahat.
2. keraguan, kebimbangan, syak
3. syetan.
Untuk lebih menangkap maksud dan makna kata tersebut mari kita lihat penggunaannya di ayat lain dalam Al Qur’an, yaitu di ayat 20 surat Al A’raf, ayat 120 surat Thahaa dan surat Qaf ayat 16.
Kalau melihat penggunaannya pada surat Al A’raf dan surat Thahaa, maka tidak mungkin kata waswisu disitu berarti bisikan, karena dalam kedua ayat tersebut bahagian dari kalimatnya ada yang berbunyi : “ Syetan berkata……….” Tidak mengkin setelah berbisik kemudian syetan berkata kepada Adam dan Hawa. Disamping itu dalam Al Qur’an, untuk kata yang berarti berbisik digunakan kata najwa.
Saya lebih memilih kata waswaas diartikan sebagai keraguan, kebimbangan dan syak. Inilah menurut saya yang paling tepat. Ini dibuktikan oleh penjelasan-penjelasan sejumlah kejadian dalam Al Qur’an yang berkaitan dengan penggunaan kata tersebut. Adam as setelah didatangi syetan yang pura-pura memberi nasehat, menyuruhnya makan buah terlarang, buah khuldi di surga, tidak langsung memakannya, ada prosesnya dan syetan mendatangi Adam dan Hawa lebih dari satu kali. Ada proses dalam diri Adam dan isterinya untuk sampai pada keputusan memakan buah tersebut. Makanya dalam surat Al Baqarah Allah Taala menerangkan : “ Maka digelincirkan oleh syaitan………….” ( fa’azalla humas syaitanu ). Tergelincir artinya tidak langsung jatuh, ada suatu proses sebelum jatuh.
Dalam pertarungan di alam jin dan syetan atau dalam aktivitas sihir/santet, senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan lawan yang tangguh adalah membuat lawan tersebut ragu, bimbang dan syak. Misalnya orang diserang sihir/santet atau kejahatan lainnya yang berhubungan dengan syetan, mereka digempur dengan mimpi buruk yang terus menerus dan berkepanjangan, sampai-sampai apa yang dimimpikan itu terus terbayang setiap saat pada kesehariannya. Korban tersebut suatu saat akan ragu, bimbang atau syak. Begitu dia ragu, maka dia membuka pintu bagi kejahatan itu masuk menghajar dirinya. Ada juga lewat mulut manusia secara lahiriah kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada korban yang akan menambah keraguan si korban.
Melawan keraguan dan kebimbangan ini akan sangat sulit, apalagi keraguan ini datang dari bahagian paling dalam dari diri kita. Kita tidak tahu sebabnya, tahu-tahu perasaan kita tidak enak, firasat tidak enak yang terus menghantui, sebagai cermin bahwa sesuatu terjadi di alam jiwa kita, tetapi kita tidak tahu persis apa yang terjadi dan apa penyebabnya.
Bersambung.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.
TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Friday, September 19, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 12

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Dengan penjelasan-penjelasan saya sebelumnya, kita sudah mendapat gambaran sekilas tentang manusia atau an nas dalam bahasa Al Qur’an. Betapa rapuhnya manusia bila kita menyadari bahwa begitu kompleks dan rumitnya jiwa-jiwa yang membuat manusia jadi hidup. Ditambah lagi syetan dan Iblis yang tidak berhenti mengobok-oboknya menjadi sangat rumit lagi. Kalau bukan karena Rahmat dan Karunia Allah Yang Maha Belas Kasih, maka seluruh anak cucu Adam akan binasa di tangan Iblis dan syetan.
Antara kelompok jiwa yang taqwa dan yang durhaka tentu akan terus bertikai. Kalau jiwa yang durhaka lebih banyak, maka menanglah dia, kalau jiwa yang taqwa lebih banyak maka menanglah yang taqwa. Diantara jiwa yang taqwa juga ada perselisihan misalnya antara jiwa yang murni taqwa sebagai hasil ibadah sesuai dengan apa yang diajarkan dan ditetapkan oleh Allah dengan jiwa-jiwa dari hasil ibadah yang menyimpang. Begitu juga halnya dengan jiwa-jiwa yang durhaka. Inilah persoalan-persoalan yang umumnya saya temukan dalam penyembuhan. Tapi kebanyakan manusia tidak tahu tentang jiwanya, kalaupun ada yang tahu kebanyakan mereka lupa akan jiwanya.
Sekarang kita masuk ke ayat pertama yang diterjemahkan : “ Aku berlindung pada Rabbnya manusia “. Semua kata dalam ayat tersebut sudah saya bahas. Disini Allah Taala menempatkan kedudukannya sebagai Rabb. Manusia diberi kebebasan se bebas-bebasnya oleh Allah Taala, maka kedudukanNya sebagai Rabb tidak akan dipakai untuk mengatasi pembangkangan manusia terhadapNya. Maka pada ayat berikutnya ditempatkan lagi kedudukannya sebagai Raja yang terjemahan lengkap ayat kedua : “ Raja manusia “. Karena Dia Raja Di Raja, maka manusia pasti akan tunduk padaNya. Apakah manusia itu tunduk dengan ikhlas atau dipaksa karena sebagai Raja Di Raja, Dia Maha Kuasa untuk melakukan apa saja terhadap siapapun dan apapun termasuk manusia.
Dia sebagai Rabb tentu sangat mengetahui sekecil dan sehalus apapun yang terjadi dalam setiap diri manusia, termasuk dalam jiwa-jiwa yang sangat halus, bisikan-bisakan yang sangat halus atau lintasan serta kilasan-kilasan yang sangat halus dalam setiap jiwa. Tidak mungkin Dia yang memelihara dan menyempurnakan jiwa kalau Dia tidak tahu apa yang terjadi setiap saat pada setiap jiwa. Kalau kita renungkan, setiap manusia terdiri dari banyak sekali jiwa, sekian banyak manusia yang pernah hidup, masih hidup dan akan lahir dan hidup, tidak satupun dari sekian banayak jiwa yang tidak terhitung jumlahnya itu luput dari perhatian Dia. Betapa Maha Hebatnya Dia Allah Rabbul Alamin.
Dengan kedudukan sebagai Rabb seperti itu, begitu Dia menempatkan diri sebagai Raja Di Raja, tidak ada lagi dari setiap bahagian dari diri manusia yang bisa mengelak dari KekuasaanNya, apapun yang Dia kehendaki dan apapun yang Dia mau. Dia melindungi atau tidak, memberi petunjuk atau tidak pada jiwa-jiwa tadi, itu terserah Dia. Tetapi yang pasti seperti penegasanNya sendiri, Allah Taala akan memberikan apa saja yang diminta oleh hambaNya yang Dia kasihi. Persolannya tinggal, bagaimana caranya agar kita menjadi manusia yang sangat dikasihi atau dikasihi oleh Allah Taala.
Ayat ketiga terjemahannya : “ Sembahan manusia “. Bagaimanakah pemahaman ayat ini, apakah hanya orang yang menyembah Dia saja yang dimaksud ayat ini, sementara orang kafir padaNya tidak termasuk dalam ayat ini.
Kalau kita pelajari tentang penciptaan manusia di Al Qur’an, Allah Taala mengabarkan pada kita bahwa pada penciptaannya pertama, semua manusia menyembah Dia, siapapun manusia itu. Karena penciptaan jiwa manusia didasarkan atas fitrah yang tunduk pada Rabbnya. Ini artinya dalam setiap diri manusia, termasuk orang kafir dan tidak beragama sekalipun ada jiwa yang tunduk dan menyembah Allah Rabbnya. Pada orang kafir dan tidak beragama, jiwa yang tunduk dan menyembah Allah Rabbnya sangat-sangat sedikit dan sangat lemah sehingga tidak mampu melawan jiwa-jiwa lain yang kafir, ingkar dan durhaka pada Allah Rabb yang menciptakannya.
Kalau penafsiran ayat ketiga ini hanya ditujukan kepada orang-orang yang berserah diri padaNya, sementara orang kafir dan tidak beragama tidak termasuk dalam ayat ini, maka hal itu bertentangan dengan apa yang dijelaskan oleh Allah Taala dalam Al Qur’an dan hadits qudsi tentang penciptaan manusia.
Menurut saya, hakekat dari ketiga ayat ini, Allah Taala yang Maha Belas Kasih mengajarkan pada kita untuk mengenal Allah Rabb kita secara benar dan mengenal diri kita sendiri sebagai manusia. Dalam ayat ini Allah Taala mengajarkan pada kita salah satu cara menjalin hubungan yang intens dengan Dia.
Saya kira sudah cukup jelas tentang ketiga ayat pertama surat An Nas, sementara ayat berikutnya Allah Taala mengajarkan pada kita tentang kejahatan yang paling hebat yang pernah dan akan senantiasa bertahta dalam setiap diri anak manusia, kalau Allah Taala Yang Maha Kuasa Lagi Maha Belas Kasih tidak melindungi kita.

Bersambung.

CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.


TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Thursday, September 18, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 11

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Kalau kita renungkan secara mendalam tentang jiwa setiap anak manusia betapa rumitnya hubungan antara jiwa yang satu dan jiwa yang lainnya karena berbeda kepentingan dan keinginan antara jiwa satu dengan jiwa yang lainnya. Dalam satu rumah tangga saja yang jumlah manusianya hanya sedikit, tentu dalam sejarah rumah tangga tersebut pasti ada konfliknya, apalagi dalam setiap tubuh manusia dihuni oleh jiwa yang sangat banyak, tentu akan terjadi banyak konflik diantara mereka.
Misalnya begini, apabila kita melirik seseorang dalam waktu seper sekian detik, itu sudah terbentuk jiwa. Sifat jiwa yang terbentuk tergantung apa yang terlintas di hati atau di pikiran atau di perasaan. Kalau yang terlintas dengki maka terbentuklah jiwa yang sifat pendengki, kalau kagum maka terbentuklah jiwa yang kagum dan sebagainya. Begitu juga hal lainnya.
Melirik dengan segala prosesnya tadi butuh tenaga atau energy, takarannya dalam fisika dan ilmu kimia dikenal dengan ukuran gram kalori. Satu gram kalori adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk manaikkan suhu satu gram air 1 derajat Celsius. Jadi untuk satu lirikan saja berapa energy yang kita keluarkan, berapa gram kalori. Energy ini kita dapat dari makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Kalau kita kalkulasi, misalnya umur kita 40 tahun, tarokhlah kita konsumsi rata-rata dua kilogram makanan dan minuman perhari, kemudian yang dibuang oleh tubuh menjadi ampas umpamanya separuhnya. Jadi yang menjadi darah dan daging serta energy rata-rata satu kilogram dari makanan dan minuman. Bidang ilmu gizi yang menghitung konversi semacam ini. Kita kalikan saja 40 X 365 = 14.600. Dari jumlah itu paling yang menjadi darah, daging, tulang dan sebagainya 70 kilogram, yang 13,99 ton itu jadi energy yang terpakai oleh aktivitas kita setiap hari. Kalau meminjam teori fisika tentang hukum kekekalan energy, maka energy itu tidak hilang, lantas kemana larinya energy tersebut, tentu saja menjadi jiwa seperti saya jelaskan tadi.
Sekarang kita bisa hitung atau kira-kira, berapa jumlah jiwa seseorang yang berumur 40 tahun dengan asumsi bahwa setiap jiwa itu ekuvalen/sama dengan satu gram kalori atau kurang dari itu, maka akan sangat banyak jiwa yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan. Orang-orang yang tidak mampu mengendalikan/memanage jiwa-jiwanya tadi secara baik dan benar pasti akan mendapat masalah yang rumit dalam kehidupannya sehari-hari terutama gangguan kesehatan dan psychology.
Ini sekedar gambaran yang akan dijadikan bahan untuk menangkap inti persoalan yang diajarkan oleh Allah Taala dalam surat An Nas. Karena kalau tidak punya gambaran yang jelas tentang an nas ( manusia ), akan sulit untuk sampai tingkat pemahaman dalam mempelajari surat An Nas ( pemahaman dengan hati ).
Begitu rumitnya makhluk yang bernama manusia, maka Allah Taala dalam surat An Nas menempatkan tiga kedudukannya yaitu sebagai Rabb, sebagai Raja dan sebagai Sembahan manusia. Ini suatu indikasi yang sangat jelas bahwa manusia itu adalah makhluk yang serba kompleks. Bagaimana tidak kompleks, kepala Negara saja yang hanya mengurus puluhan juta atau ratusan juta rakyat dibantu oleh jutaan manusia lainnya. Setiap manusia yang mengurus milyaran bahkan trilyunan jiwanya sendirian, tentu akan sangat repot kalau kita mau menyadari dan merenungkannya.
Mungkin anda mengatakan bahwa saya hanya berteori, tetapi dasar pemahaman inilah yang saya pakai dalam penyembuhan, buktinya berhasil dengan baik, terutama pada kasus-kasus yang tidak pernah bisa diselesaikan oleh medis dan non medis seperti yang banyak saya beberkan di blog ini. Kalau penjelasan saya ini hanya sebagai teori, saya takut pada Allah yang telah menegaskan JANGAN KATAKAN APA YANG KAMU TIDAK PERBUAT.
Saya membahas masalah jiwa disini hanya sekedar untuk bahan yang dipakai dalam menafsir Surat Nas dan saya anggap cukup untuk itu.
Bersambung.

CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Tuesday, September 16, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 10

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Pada penciptaan pertama setiap jiwa anak manusia, hanya satu yang mereka kenal ialah Rabb Penciptanya, makanya begitu selesai diciptakan mereka masing-masing mengangkat saksi bahwa Allah adalah Rabbnya dan kesaksian itulah yang akan dipegang oleh Allah Taala dan akan dipertanggung jawabkan oleh setiap jiwa langsung pada Allah Taala sendiri di akherat nanti. Dan ini menjadi dasar fitrah penciptaan manusia seperti yang diterangkan oleh Allah Taala dalam Al Qur’an.
Begitu jiwa menempati tubuh dan mendominasi tubuh kemudian menggelinding dalam kehidupan di dunia, maka Allah Taala mengujinya dengan memberi kebebasan apa saja yang hendak diperbuatnya, meskipun setiap jiwa senantiasa berada dalam pemeliharaan dan pengawasanNya setiap saat. Apakah dia akan mematuhi perintah Rabbnya atau durhaka pada Rabbnya, karena pada setiap jiwa yang sempurna dalam ciptaannya diilhamkan kedurhakaan dan ketaqwaan.
Dalam interaksinya pada kehidupan duniawi inilah terbentuk banyak jiwa dari setiap manusia dan jiwanya terbagi dalam dua kelompok utama yaitu kelompok jiwa yang taqwa dan kelompok jiwa yang durhaka.
Kelompok jiwa yang taqwa terbagi lagi tingkatannya, begitu juga dengan kelompok jiwa yang durhaka. Jiwa-jiwa ini terbentuk dari segala aktivitas setiap manusia, baik aktivitas fisik maupun aktivitas bathiniah, meskipun hanya selintas dalam pikiran, perasaan dan hati. Jiwa-jiwa yang taqwa adalah milik Allah Taala Rabbnya, selain dari itu milik Iblis dan syetan bersama seluruh imperiumnya sesuai dengan Ketetapan Allah Taala Yang Maha Adil.
Iblis tahu betul dan sangat tahu tentang seluk-beluk jiwa manusia ini, makanya dia sukses dalam kejahatannya terhadap Nabi Adam as dan Rasulullah saw. Kalau bukan karena Rahmat dan Karunia Allah Yang Maha Belas Kasih, maka semua anak manusia binasa di tangan Iblis dan imperiumnya.
Iblis dan imperiumnya senantiasa tidak pernah lepas dari saluran ilham kedurhakaan pada setiap jiwa manusia, terus mendikte jiwa tersebut sesuai dengan patron yang dia inginkan. Kadang-kadang dengan cara sangat kasar dan kasar seperti diadunya dengan jiwa lain dari dalam diri manusia bersangkutan atau dengan jiwa lain dari manusia lainnya, atau juga jin dan syetan, akibatnya yang bersangkutan jatuh sakit.
Cara yang paling canggih yang dia lakukan mendikte dengan cara yang sangat halus, seolah-olah sebagai ilham ketaqwaan, sangat mirip dengan apa yang telah diajarkan oleh Allah Taala dan RasulNya tetapi tidak sama. Inilah bahagian ujian paling sulit bagi anak manusia.
Ada tokoh terkenal yang mampu mengatasi persoalan seperti ini yaitu Umar Bin Khattab, sahabat Rasulullah saw sendiri. Di sejumlah hadits dari para perawi terkenal, Rasullah saw mengatakan bahwa syetan takut pada Umar Bin Khattab, syetan akan lari menjauh begitu Umar Bin Khattab datang.
Kenapa bisa begitu. Kalau kita baca sejarah hidupnya, Umar Bin Khattab sangat tegas dan keras sikapnya dalam menjalankan hukum Allah Taala. Beliau hanya mengenal dua kata, ya atau tidak. Terhadap apa yang diperintahkan beliau hanya mengenal kata ya, tidak kurang dan tidak lebih, tidak ada kompromi atau kebijaksanaan. Begitu juga terhadap larangan, Umar Bin Khattab hanya kenal kata tidak tanpa ada kompromi sedikitpun.
Dari apa yang dipaparkan tadi, kita sudah bisa menangkap secara lebih jelas tentang an nas sebagai salah satu kata kunci dalam surat An Nas.
Bersambung.

CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Sunday, September 14, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 9

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Sebelum saya lanjutkan perlu saya ingatkan lagi bahwa jangan sampai menggunakan surat Al Falaq dan Surat An Nas untuk menangkal sihir dan kejahatan lainnya sebelum anda memahaminya dengan hati. Hal itu bisa mengundang bencana yang lebih besar bagi anda, sekali mencoba akan sulit diperbaiki. Silahkan saja baca dengan penuh ketekunan dan hidmat dengan menghayati sepenuhnya sebagai ibadah pada Allah Taala sambil berdo’a memohon diberi pemahaman yang benar disisiNya. Insyaallah, ini akan menolong anda.
Sekarang kita masuk ke pembahasan pokok surat An Nas. Kalimat Basmallah sudah saya bahas pada posting yang lalu, demikian juga kata qul, a’udzu dan Rabb, pembahasannya tidak saya ulangi disini.
Di ayat pertama dan selanjutnya ada kata An Nas, yang diterjemahkan sebagai manusia. Satu kata saja, kemudian wujudnya dalam keseharian sangat dekat dengan kita, terutama diri kita sendiri yang bernama manusia. Kata ini sangat banyak disebut dalam Al Qur’an. Kalau kata ini sangat dekat dengan diri kita apakah artinya kita sudah paham makna kata tersebut. Belum tentu. Banyak pendapat yang meyangkut diri manusia, ada yang mengatakan makhluk yang penuh misteri, ada yang mengatakan semesta kecil dan sebagainya.
Allah Taala dalam Al Qur’an memberi nama untuk kata manusia dengan kata Al Insan, Al Basyar, Al Mar’u dan An Nas. Meskipun keempat kata itu disandangkan untuk manusia, maknanya sangat berbeda seperti pernah saya singgung pada pembahasan sebelumnya Allah Taala mengajarkan kita lewat Al Qur’an, salah satu caranya adalah menempatkan kata dan kalimat yang tepat untuk suatu hal yang diterangkanNya, agar hamba-hamba yang membaca dan mempelajarinya memahami secara benar sesuai pengertian dan pemahaman yang terkandung dan melekat pada ayat tersebut.
Lantas kalau anda sedikit kritis yang akan membawa pada perburuan pengetahuan yang luas dan dalam akan bertanya kenapa di ayat-ayat dalam surat An Nas dipakai kata An Nas, kenapa bukan kata Al Insan, Al Basyar atau yang lainnya. Itu pertanyaan yang sangat bagus, silahkan cari sendiri jawabnya, ikhtiar sendiri, karena urusannya akan sangat panjang kalau dibahas disini, takutnya akan melenceng dari pembahasan pokok. Lagipula kalau dengan ikhtiar sendiri akan lebih kuat melekat pengetahuan tersebut kedalam diri kita.
Dalam tulisan-tulisan saya di blog ini, setiap manusia terdiri dari tiga bahagian pokok yaitu jasad/tubuh, jiwa dan ruh.
Jasad bisa dilihat, diraba dan dirasakan dalam arti bisa dijangkau panca indera, sementara jiwa dan ruh tidak bisa sama sekali.
Ruh saya tidak akan bahas disini karena itu urusan Allah Taala, hanya sedikit yang diajarkannya pada manusia. Yang sedikit itupun tidak berani saya bahas karena saya takut pada Allah, takut melampaui apa yang telah ditetapkannya dan akibatnya fatal bagi saya di dunia sampai akherat.
Untuk kebutuhan penafsiran ini, saya lebih banyak membahas tentang jiwa, meskipun pembahasan tentang hal itu sudah banyak sekali saya tulis di blog ini, baik mengenai sosoknya, hubungannya dengan jasad/tubuh, interaksinya dengan jin dan syetan dengan segala akibatnya.
Kata an nafs banyak sekali disebut dalam Al Qur’an, penafsir dan penterjemah menafsir dan menterjemahkan menjadi kata diri dan atau jiwa. Kadang-kadang mereka tidak konsisten di ayat yang satu diartikan sebagai jiwa, di ayat lain diartikan sebagai diri. Hal inilah yang membingungkan kalau kita baca kitab/buku tafsir dan terjamahan yang banyak sekali beredar sejak dulu sampai sekrang, sehingga kebanyakan diantara kita luput menangkap makna sebenarnya apa yang diterangkan oleh Allah Taala secara jelas dan tegas dalam Al Qur’an.
Dalam Al Qur’an Allah Taala sering menyeru manusia dengan kalimat Yaa ayyuhannas. Ini berarti Allah Taala menyeru manusia sebagai satu kesatuan dari tubuh, jiwa dan ruh. Tapi Allah Taala dalam Al Qura’n tidak pernah menyeru jasad saja atau ruh saja, tetapi jiwa diseru secara sendiri. Tubuh tidak bisa berbuat apa-apa tanpa jiwa karena jiwa yang membuatnya bisa hidup, bisa mendengar, bisa melihat, bisa bicara, bisa merasakan dan sebagainya. Tanpa jiwa, tubuh adalah benda mati. Sementara ruh juga tidak dipanggil secara sendiri karena itu urusan Dia sendiri. Jadi jiwalah yang banyak diminta pertanggung jawabannya. Adapun tubuh diminta pertanggung jawabannya karena dilibatkan oleh jiwa.
Dari apa yang saya jelaskan tadi, akan lebih mudah dicerna untuk sampai ke tingkat pemahaman kalau setiap kata an nafs dalam Al Qur’an diterjemahkan sebagai jiwa.
Tapi kebanyakan tidak tahu tentang jiwanya, kalaupun ada yang tahu kebanyakan mereka lupa akan jiwanya.
Bersambung.

CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Saturday, September 13, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 8

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Sekarang kita masuk ke pembahasan surat An Nas. Surat ini sangat pendek, ayat-ayatnya pendek-pendek juga, tetapi sarat makna, yang diajarkan oleh Allah Taala untuk menangkal kejahatan yang paling susah dan berat di alam semesta ini, kejahatan yang telah mampu mengusir Bapak moyang kita Adam as bersama isterinya Siti Hawa dari surga. Adam as diciptakan oleh Allah Taala dengan tanganNya sendiri, kemudian Adam as bersama isterinya tinggal di surga, tidak ada yang mereka pikirkan, segala kebutuhan mereka tersedia, tidak perlu susah payah mencari. Keduanya mereguk kenikmatan hidup yang tidak terbayangkan oleh kita sebagai anak cucunya, namanya saja surga.
Adam as senantiasa beribadah pada Allah Taala Rabbnya, tempatnya sangat dekat disisi Allah. Kalau Adam as tidak lebih dekat disisi Allah Taala, mana mungkin Malaikat dan Iblis diperintahkan sujud kepada Adam as. Ini berarti Adam as disayang oleh Sang Penciptanya, dengan sendirinya beliau bersama isterinya senantiasa berada dalam lindungan Allah Taala Yang Maha Kuasa Lagi Maha Mengetahui.
Lantas bagaimana bisa Adam as tergelincir oleh kejahatan yang membuatnya durhaka pada Allah Taala tempat dia berserah diri dan beribadah, dalam arti hubungan antara Adam as sebagai hamba dengan Allah Taala sebagai Tuhannya senantiasa terpelihara dengan baik.
Masalah ini sangat menarik untuk ditelaah. Sehingga kalau kita sampai pada tingkat pemahaman, maksud saya pemahaman dengan hati seperti pernah saya bahas sebelumnya, maka tidak perlu heran, manusia se kualitas Rasulullah saw bisa kena sihir. Bayangkan, beliau telah dijamin oleh Allah Taala untuk diampuni dosanya yang lalu, sekarang dan akan datang, sama artinya dengan tidak punya dosa sama sekali. Kemudian beliaulah mahluk yang paling dimuliakan dan dicintai oleh Allah Azza Wa Zalla di alam semesta ini.
Apa yang saya ungkapkan tadi menunjukkan bahwa kejahatan yang menimpa Adam as dan Rasulullah saw adalah kejahatan yang dahsyat dan pelakunya hebat. Dalangnya adalah Iblis.
Seperti saya beberkan pada posting saya di blog ini yang berjudul PERTARUNGAN YANG TIDAK PERNAH SELESAI, bahwa Iblis menggunakan kekuasaan dan ilmu disisi Allah Taala untuk menjalankan misinya karena dua hal ini tidak dicabut oleh Allah Taala darinya selama kurun waktu penangguhan yang diberikan padanya. Inilah ujian yang sangat berat bagi anak manusia. Tetapi jangan khawatir Dia Allah Taala Yang Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang telah menentapkan bahwa siapapun yang datang padaNya dengan ikhlas dan merendahkan diri minta ampun atas segala dosa dan kesalahannya akan diampuni.
Iblis dengan segala kekuatan yang dia miliki akan menjerumuskan anak manusia, tapi Allah Yang Maha Belas Kasih menjamin pengampunan bagi hamba-hambanya yang datang padaNya dengan tulus dan ikhlas.
Untuk itu, jangan sekali-kali mengklaim diri kita suci, karena hal ini dilarang oleh Allah Taala.
Kita bersyukur pada Allah Taala Yang Maha Belas Kasih yang telah memberi rahmat dan karunia kepada Alam Semesta dengan seluruh makhluk yang Dia Ciptakan, dengan menurunkan Al Qur’an, diantaranya surat An Nas yang menghambat dan menangkal kehebatan Iblis beserta imperiumnya dalam menebar kejahatan di semesta ini. Wallahu A’lam.
Bersambung.

CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Friday, September 12, 2008

Sapaan

JH Alifulhaq Terapi Alif
Suatu saat di perjalanan ini dalam menapaki jejak rindu.
Aku terjebak dalam belantara pujian, belantara kata.
Akupun lelap tanpa makna, kehilangan jejak yang aku buru.

Tersentak aku ketika ada yang menyapa, meskipun hanya kilasan di hati.
Aku sangat kenal sapaan seperti itu.
Hanya Kau pemiliknya yang bisa merasuk ke dasar kalbuku.
Tuhanku, pemilik cinta Yang Maha Agung Lagi Kekal.
Allah Rabbul Alamin.


TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Wednesday, September 10, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 7

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang
Sekarang sampai kita pada pembahasan ayat terakhir surat Al Falaq. Kwalitas kejahatan yang dicantumkan dalam ayat ini lebih berat dari kejahatan-kejahatan yang tercamtum dalam ayat-ayat sebelumnya. Terjemahan ayat tersebut berbunyi : “ Dari kejahatan pendengki kalau dia mendengki “.
Allah Taala memilih kata pendengki dalam ayat ini, bukan kata siapapun. Mungkin anda bertanya kenapa saya katakan bahwa kwalitas kejahatan pendengki ini lebih berat dari kejahatan lain yang disebut dalam ayat-ayat sebelumnya. Apa pendengki ini lebih hebat, lebih jahat dan lebih menyakitkan dari penyihir misalnya. Silahkan anda nilai sendiri dari penjelasan berikut.
Pendengki adalah orang yang tidak suka melihat orang lain punya kelebihan disbanding dirinya. Dia tidak suka melihat orang lain lebih ganteng/cantik , lebih kaya, lebih pintar, lebih tinggi jabatan/kedudukan, lebih terkenal dan sebagainya. Dalam jiwa pendengki terbentuk kekuatan jahat yang kuat dengan spesialisasi pendengki. Apabila pendengki ini aktif dalam olah spiritual, apakah itu berupa semedi, bertapa, berdzikir, olah pernafasan dan sebagainya, kekuatan jahat dalam jiwanya akan berlipat ganda. Apalagi kekuatan dalam jiwanya ditambah dari warisan, jimat dan semacamnya, maka kekuatan jahat tersebut sangat besar. Orang-orang seperti ini apabila dia dengki atau marah pada seseorang, maka korbannya langsung diserang oleh kekuatan jahat dalam jiwanya secara otomatis, tanpa ritual atau mantera apapun. Tanpa perlindungan Allah Taala, maka korban akan jatuh sakit. Kekuatan jahat semacam ini merupakan syetan dari yang bersangkutan, tidak perlu lagi memanggil secara khusus syetan dari kerajaan syetan untuk membantu kejahatannya. Apabila anda bertarung dalam alam jin dan syetan, akan lebih sulit menghadapi orang semacam ini dibandingkan dengan melawan tukang sihir dan santet. Ini pengalaman saya sendiri.
Contoh kekuatan semacam ini, kita temukan sejumlah riwayat dalam hadits tentang penyakit pandangan mata. Penyakit yang disebabkan oleh penderita beradu pandang dengan seseorang yang punya kekuatan jahat dalam jiwanya.
Disamping itu, syetan orang tersebut menyebarkan kedengkian pada syetan-syetan orang lain, agar orang-orang tersebut ikut dengki, marah dan atau benci pada tokoh yang dia dengki. Baik sadar maupun tidak sadar, orang yang telah tertular oleh kejahatan syetan si pendengki akan mengikuti bisikan-bisikan syetannya yang telah kena pengaruh. Maka ikut dengki jugalah mereka dan akan ditunjukkan dalam pola tingkah laku terhadap tokoh yang di dengki mereka.
Dalam Al Qur’an kita temukan bahwa kata hasad dan imbuhannya antara lain ditujukan kepada para ahli kitab ( Yahudi ) yang dengki kepada Rasulullah saw. Mereka dengki karena Nabi Akhir Zaman yang ditunggu-tunggu oleh mereka, bukan dari kalangan Yahudi, tetapi dari saudara mereka sendiri bangsa Arab. Maka dengan berbagai cara mereka berupaya menjatuhkan Rasullah saw, diantaranya dengan menyihir dan meracun beliau.
Silahkan anda menilai sendiri, mana yang lebih jahat dan lebih kuat kejahatannya antara penyihir dengan pendengki.
Saya berharap semoga Allah Taala Yang Maha Mengetahui Lagi Maha Belas Kasih membukakan hati anda untuk memahami surat Al Falaq secara benar agar do’a dan munajat yang terkandung didalamnya manjur.
Dari apa yang saya ungkapkan dalam penafsiran ini bisa disimpulkan bahwa surat Al Falaq adalah untuk menangkal kejahatan yang datang dari luar diri kita. Ada lagi kejahatan yang lebih berat yaitu kejahatan yang mengguncang dan mengobrak-abrik bahagian dalam dari diri kita, yang tidak bisa ditangkal dengan surat Al Falaq. Letak kejahatan ini berada pada bahagian yang cukup dalam dari setiap diri kita. Penangkalnya adalah surat An Nas.
Mudah-mudahan Allah Taala Rabbku Yang Maha Belas Kasih mengizinkan dan menolongku untuk meneruskan pembahasan surat An Nas.
Bersambung.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Sunday, September 07, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 6

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Pembahasan berikut, kita masuk ke ayat keempat. Ayat ini yang sangat krusial dalam pemahamannya. Ayat ini berkaitan langsung dengan sihir. Umumnya buku-buku terjemahan dan tafsir Al Qur’an menterjemahkan atau menafsirkan ayat ini seperti ini : “ Dari kejahatan wanita-wanita penyihir yang meniup dengan buhul-buhul “.
Kalau seperti itu penafsirannya, berarti orang yang menyihir Rasulullah saw tidak termasuk, karena dia laki-laki Yahudi yang bernama Labid bin A’sham. Tukang sihir atau santet tidak hanya dilakukan oleh wanita, tetapi juga dilakukan oleh laki-laki seperti yang menyihir Rasulullah saw. Jadi do’a tersebut tidak termasuk kejahatan laki-laki penyihir.
Masalah lainnya, apa iya buhul-buhul ( ikatan tali/benang ) yang dipakai oleh penyihir terlepas begitu dibacakan surat Al Falaq dan surat An Nas. Menurut Rasulullah saw, setiap membaca satu ayat dari kedua surat tersebut, terlepas dua buhul/ikatan.
Dari apa yang saya paparkan tadi, penafsiran akan sulit diterima untuk sampai kepada pemahaman yang benar. Kenapa para ahli tafsir menafsirkan seperti itu. Ada beberapa hal antara lain.
1. Pada zaman itu, wanita penyihir biasanya menjalankan sihirnya dengan cara meniup buhul-buhul.
2. Kata Nnaffaatsaa, dalam bahasa Arab berarti penyihir. Sihir yang dimaksudkan dengan kata ini adalah sihir berupa santet yang menyakiti, bukan sihir yang memanipulasi pandangan dan pendengaran seperti yang dilakukan ahli-ahli sihir Fir’aun terhadap Nabi Musa as, disebutkan dengan kata as sihr dalam Al Qur’an. Karena kata Nnaffatsaa diberi akhiran huruf ta yang menandakan jamak perempuan dalam tata bahasa Arab, maka jadilah penafsirannya seperti diatas.
3. Para penafsir dan ahli tafsir tidak memiliki pengetahuan yang lebih luas dan dalam tentang sihir, maka sekedar apa yang mereka ketahui dijadikan bahan penafsiran asalkan sesuai dengan hukum atau kaidah baku tata bahasa Arab, maka mereka merasa sudah benar dan jadilah penafsiran seperti itu. Hal ini banyak kita temui dalam buku-buku tafsir, sehingga kita sulit mencerna tentang sesuatu hal dalam Al Qur’an dari tafsir-tafsir seperti ini. Wallahu A’lam.
Sekarang kita telaah point 1. Tukang sihir dalam melaksanakan hajatnya tidak hanya dengan cara meniup buhul, tetapi berbagai ragam cara. Banyak sekali cara dan variasinya, dan bukan hanya wanita yang melakukan, tetapi juga laki-laki. Kalau penafsirannya seperti tadi, maka wanita-wanita yang menjalankan sihirnya selain dengan cara meniup buhul-buhul, tidak termasuk dalam kategori kejahatan yang kita minta perlindungan pada Allah Taala. Padahal ayat tersebut dimaksudkan untuk semua aktivitas sihir.
Point 2. Dalam Al Qur’an kita temui bahwa huruf ta yang diletakkan di akhir kata tidak selamanya menunjukkan jenis kelamin perempuan, tetapi kita temukaan untuk menandai sifat benda tersebut yang halus, lembut dan tidak kelihatan. Contohnya, kata Malaikat di dalam Al Qur’an tidak menunjukkan bahwa Malaikat berjenis kelamin perempuan, tetapi karena tidak tampak maka diberi huruf ta di akhir katanya. Begitu dia tampak oleh manusia, maka diberi sifat laki-laki seperti kita temui dalam surat Al Baqarah ayat 102. Disitu disebutkan dua Malaikat Harut dan Marut dengan sebutan Malakaini. Kalau mengikuti bentuk aslinya dari Malaikat seharusnya menjadi Malakataini sebagai ganda perempuan, itu menurut tata bahasa Arab yang dipakai dan yang diuatamakan oleh para ahli tafsir. Jadi kasus Malaikat menjadi Malakaini adalah yang menyimpang menurut tata bahasa Arab. Kasus yang sama terjadi pada kata as sama’ ( langit ) yang bisa kita lihat dengan mata, begitu diberi bentuk jamaknya maka berubah menjadi samaawaati karena kita tidak bisa lihat tujuh lapis langit yang dimaksud ayat tersebut. Ini yang saya jadikan dasar penafsiran kata nnaffaatsaati agar bisa dicerna dan tidak bertentangan dengan kenyataan yang ada.
Sebelum ke penafsiran ayat keempat ini ada baiknya kita ketahui tentang praktek sihir, bagaimana seseorang menjalankan sihir dalam hal ini santet sesuai konteks ayat tersebut, agar lebih gampang menangkap maksud ayat tadi.
Seseorang apabila ingin jadi penyihir, dia harus mengadakan ikatan perjanjian dengan syetan yang akan membantu aksinya. Inti dari perjanjian tersebut, meskipun dilakukan dengan berbagai macam ritual dan persyaratan, manusia tersebut harus menyerahkan jiwanya pada syetan. Ada yang sadar dengan penyerahan jiwa kepada syetan ada yang tidak. Adakalanya ritual-ritual tertentu dalam adat istiadat suatu suku atau keturunan merupakan cara-cara dan syarat yang diharuskan oleh syetan pada leluhur mereka yang mengikat perjanjian dengan syetan dan ritual-ritual harus terus diadakan oleh keturunannya agar ikatan perjanjian dengan syetan jadi langgeng dalam arti syetan akan terus menolong anak keturunannya dalam hal apa yang disepakati dalam perjanjian, sehingga mereka yang menyelenggarakan ritual tersebut tidak tahu apa-apa. Padahal begitu mereka melaksanakan ritual tersebut, mereka menyerahkan jiwanya pada syetan yang telah mengikat perjanjian dengan leluhurnya. Kasus semacam ini saya temukan dalam pengobatan yang saya lakukan.
Ada juga mereka yang belajar ilmu sihir, mantera-mantera dan amalan-amalan atau ritual untuk memanggil syetan yang akan membantunnya/menolongnya dalam hajatnya, sebenarnya sudah dalam ikatan perjanjian dengan syetan bahwa jiwanya harus diserahkan. Ada yang tahu, tetapi banyak juga yang tidak tahu, hanya mewariskan dari keturunan atau gurunya. Masalah penyihir yang menjual jiwanya kepada Syetan diberitakan oleh Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah di bahagian akhir ayat 102 surat Al Baqarah.
Sekarang bagaimana sihir di jalankan. Misalnya si A telah mengadakan ikatan dengan syetan S. A mau menyantet B. A akan minta pertolongan syetan S untuk melaksanakan hajadnya. Syetan S kemudian mencuri jiwa-jiwa B seberapapun yang dibutuhkan sesuai hajad si A. Cara mencuri jiwa ini macam-macam caranya, ada yang pakai media seperti yang dilakukan terhadap Rasulullah saw yaitu berupa rambut dan beberapa gigi sisir beliau, tetapi ada juga yang tidak pakai media sama sekali. Jiwa yang dicuri kemudian diikat berbuhul-buhul banyaknya, ditarokh disuatu tempat yang telah ditentukan oleh syetan untuk disiksa. Siksaan-siksaan terhadap jiwa tadi makin lama makin terasa oleh jasad si B karena antara jiwa yang dicuri dengan jasad si B masih tersambung, akhirnya si B jatuh sakit. Apabila A menginginkan B sampai mati atau mati mendadak, maka matilah B kalau Allah Taala mengizinkan. Kalau A menghendaki B menderita sakit berkepanjangan, maka seperti itulah yang terjadi apabila Allah Taala mengizinkan. Saya tidak akan membeberkan lebih detail lagi tentang terlaksananya sihir ini di alam jin dan syetan karena akan sangat panjang. Saya pikir apa yang saya beberkan sudah cukup untuk menafsirkan ayat yang sedang dibahas.
Kalau penjelasan ini dipakai untuk menafsirkan ayat keempat surat Al Falaq akan lebih gampang dicerna dan kita tidak akan menemui pertentangan dengan kenyataan yang ada.
Nnaffaatsaati kita tafsirkan kegiatan penyihir di alam jin dan syetan yang tidak kelihatan ditunjukkan dengan adanya huruf ta pada akhir kata tersebut seperti saya jelaskan sebelumnya pada kata Malaikat. Sementara buhul-buhul ditafsirkan sebagai buhul-buhul yang mengikat jiwa-jiwa, klop dengan pernyataan hadits Rasulullah saw bahwa setiap membaca satu ayat dari surat Al Falaq dan Surat An Nas akan terlepas dua buhul. Buhul inilah yang dimaksud, bukan buhul lahiriah yang ada di tangan penyihir.
Jadi penjelasan lengkapnya ayat keempat ini menurut saya : “ Dari kejahatan perbuatan-perbuatan sihir dari para penyihir di alam jin dan syetan yang tidak kelihatan di alam dhahir dengan mencuri jiwa-jiwa kemudian diikat berbuhul-buhul “. Wallahu A’lam.
Bersambung.
CATATAN 1 : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

CATATAN 2:
Saya telah membahas secara mendalam dan detail tentang syetan, jin dan Iblis, seperti apa mereka, bagaimana kehidupan mereka dan dimana mereka hidup, bagaimana interaksinya dengan setiap diri anak manusia yang mengakibatkan berbagai masalah bagi setiap anak manusia.
Saya juga membahas secara mendalam dan detail tentang jiwa setiap anak manusia, apa yang dimaksudkan dengan jiwa manusia, dimana keberadaan mereka, perannya yang sentral bagi setiap diri anak manusia, persoalan yang dialami oleh anak manusia ketika jiwanya error terutama kaitannya dengan penyakit nonmedis atau medis, apa yang membuatnya error dan bagaimana cara atau upaya memperbaikinya dalam arti penyembuhannya.
Semuanya saya bahas menggunakan fakta empiris yang saya peroleh selama menggeluti penyakit nonmedis 30 tahun lebih. 
Saya telah membahasnya dalam tiga buku yang berjudul MENDIAGNOSIS PENYAKIT NON MEDIS, SEMBUH SEKETIKA BUKAN MUKIJIZAT ATAU KEAJAIBAN dan yang ketiga MEMBURU IBLIS SAMPAI KE SARANGNYA. 
Tentang buku ketiga silahkan klik  TOKO BUKU TERAPI ALIF
Untuk informasi tentang buku 1 DAN 2  silahkan klik ini
 BUKU TERAPI ALIF

Saturday, September 06, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 5

JH Alifulhaq Terapi Alif
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Sekarang kita masuk ke pembahasan ayat ketiga yang terjemahannya berbunyi : “ Dari kejahatan malam apabila gelap gulita “.
Kejahatan apakah yang dimaksud oleh Allah dengan ayat ini, apakah kejahatan maling atau rampok yang datang pada malam hari. Seperti saya tegaskan sebelumnya bahwa ayat ini tidak terpisahkan dari ayat pertama. Kejahatan yang dimaksud disini adalah kejahatan yang melibatkan mahluk yang diciptakan oleh Allah Taala. Untuk menjelaskan ayat ini saya kutip terjemahan surat At Thaariq ayat 1 sampai dengan ayat 4;
Ayat 1.
Demi langit dan yang datang di malam hari.
Ayat2
Tahukah kamu apa yang datang pada malam hari itu.
Ayat 3
Yaitu bintang yang sinarnya menembus.
Ayat 4
Tidak ada satu jiwapun melainkan ada penjaganya.
Empat ayat ini dalam penulisannya diberi tanda lam pada setiap nomor ayatnya. Ini berarti tidak bisa dipisahkan dalam pemahamannya, berhubungan satu sama lainnya. Karena bunyi ayat keempat bahwa setiap jiwa ada penjaganya, itu berarti pernyataan ayat sebelumnya bahwa bintang yang sinarnya menembus sangat berbahaya bagi setiap jiwa. Makanya setiap jiwa dijaga supaya tidak kena bahaya sinar yang menembus. Begitulah yang saya tangkap. Wallahu A’lam.
Terus terang sebelum saya terlibat dalam pengobatan, saya sulit menangkap makna keempat ayat ini. Kenyataan yang banyak saya temui, syetan yang melakukan kejahatan atau membantu kejahatan menggunakan kekuatan benda-benda langit. Sering saya temui orang yang sakit melihat dirinya di alam jin dan syetan terhubung dengan suatu benda langit salah satu bintang misalnya dengan garis cahaya lurus. Warnanya macam-macam, kebanyakan putih. Dalam science bidang astrofisika diterangkan bahwa benda-benda langit memancarkan partikel-partikel, diantaranya yang sangat berbahaya bagi kehidupan di muka bumi, tetapi disaring dan ditahan oleh lapisan atmosfir bumi, sehingga tidak sampai di muka bumi, kalaupun ada yang sampai, sudah sangat lemah, tidak lagi membahayakan kehidupan di bumi.
Kita kembalikan pada konteks pembahasan surat Al Falaq bahwa kejahatan di malam hari apabila gelap adalah cahaya yang menembus dari bintang yang ada di falaq yang dipakai oleh makhluk-makhluk yang telah diciptakan oleh Allah Taala untuk melakukan kejahatan biasanya dengan pertolongan syetan. Dengan izin Allah Taala sesuai dengan ketentuan dan ketetapanNya, syetan meloloskan cahaya yang menembus tadi ke jiwa seseorang sehingga tersiksalah jiwa tersebut oleh sinar yang menembus yang membakar jiwa-jiwanya ( seperti saya tulis di blog ini bahwa setiap manusia memiliki banyak jiwa ). Jiwa-jiwa yang terkena sinar ini lepas dari satu kesatuan ikatan jiwa, kemudian dicuri syetan tersebut diikat dan dibawa ke suatu tempat penyiksaan. Biasanya para syetan yang melakukan aksi kejahatan dan atau membantu kejahatan berlangsung pada malam hari dan kebanyakan penyihir menjalankan sihirnya pada malam hari, terutama yang menggunakan kekuatan benda-benda langit.
Lantas kita bertanya, kenapa jiwa-jiwa tadi bisa dibakar oleh sinar bintang yang menembus, padahal setiap jiwa ada penjaganya seperti yang dijelaskan dalam ayat 4 surat At Thariq. Jawabannya , jiwa-jiwa yang mengkuti ilham kedurhakaan tentu saja tidak akan di lindungi karena begitulah kemauan jiwa tersebut. Kalau dia mau dilindungi/dijaga tentu saja dia tidak akan durhaka pada Allah Penciptanya Yang Memelihara dan Menyempurnakannya, tentu dia akan mengikuti ilham ketaqwaan dalam arti dia tunduk dan berserah diri pada Allah Rabbnya. Dalam pembahasan sebelumnya sudah disinggung tentang ilham kedurhakaan dan ketaqwaan bagi setiap jiwa di surat As Syams.
Dalam setiap diri manusia, ada jiwa yang taqwa, ada juga jiwa yang durhaka. Perbandingannya berbeda dari setiap orang, ada yang lebih banyak jiwa yang taqwa ada yang lebih banyak jiwa yang durhaka. Berapa besar prosentase perbandingannya, tergantung dari amal perbuatan setiap orang. Hampir setiap manusia memiliki dua jenis jiwa ini. Jiwa yang durhakalah yang menjadi sisi lemah dari setiap diri manusia karena tidak diberi penjaga oleh Allah, karena dia sudah jadi milik syetan dan Iblis. Jiwa-jiwa yang menjadi milik syetan dan Iblis ini, diapakan oleh mereka, saya sudah tulis di blog ini, silahkan cari sendiri.
Dengan ayat-ayat seperti ini Allah Taala Yang Maha Belas Kasih hendak mengajarkan kepada kita semua cara berdo’a dan bermunajat secara benar sesuai dengan kehendakNya yaitu berdo’a dengan ilmu. Kita diperintahkanNya untuk minta perlindungan, perlindungan dari apa, yaitu dari kejahatan. Kejahatan dari mana dan bagaimana kejahatan itu dijalankan. Begitulah kira-kira kehendak Allah Taala yang saya tangkap di surat Al Falaq dan An Nas. Wallahu A’lam.

Bersambung.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Friday, September 05, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 4

Sudahkah anda renungkan tafsir ayat pertama surat Al Falaq pada posting sebelumnya. Kalau permohonan kita minta perlindungan pada Allah Rabbil Falaq dikabulkan, artinya kita senantiasa berada dalam lindunganNya, maka tidak akan ada lagi kejahatan yang bersumber dari falaq mampu menyentuh kita. Seandainya seluruh pembuat kejahatan di semesta ini berkumpul dan bersatu menyerang kita dengan menggunakan kekuatan falaq, maka kejahatan itu tidak akan mampu menyentuh kita sampai kapanpun karena kita senantiasa berada dalam perlindungan Rabbil Falaq. Ini seandainya permohonan kita dikabulkan. Kalau ingin dikabulkan , terus saja berdo’a dengan ayat yang diturunkan tadi, ngotot saja minta seperti Nabi Musa as, suatu saat akan dikabulkan karena Dia Maha Belas Kasih. Seperti Nabi Zakariah as yang terus dengan sabar meminta keturunan sampai tua renta meskipun isterinya mandul, akhirnya dikabulkan juga.
Bagi saya ayat tersebut dahsyat, luar biasa. Rasulullah saw seperti yang dikutip Ibnu Katsier dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa sebaik-baiknya surat yang dibaca oleh manusia adalah Al Falaq dan An Nas. Pada saat sakit parah menjalang ajalnya Rasulullah saw selalu membaca kedua surat itu, kadang-kadang Siti Aisyah isterinya membacakan juga kedua surat itu saat melayani dan menunggu beliau yang sakit parah. Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa setelah kedua surat tersebut turun, Rasulullah saw meninggalkan do’a –do’a dan cara yang lain untuk mengobati penyakit atau rasa sakit, diganti dengan membaca surat Al Falaq dan An Nas. Tapi perlu dicatat sebagai catatan penting bahwa Rasulullah saw melakukan dengan pemahaman yang benar, dengan ilmu yang diajarkan langsung oleh Allah Taala. Kalau kita membaca kedua surat itu untuk penangkal sihir atau mengobati penyakit, tanpa pemahaman yang benar, tanpa ilmu, sama dengan kita menjadikan kedua surat tersebut jimat, maka kita jadi terperangkap dalam syirik terselubung. Seandainya kita belum paham, bisa saja kita baca sebagai amalan membaca Al Qur’an sebagai salah satu bentuk ibadah tanpa niat menggunakannya untuk penangkal sihir atau penyembuh penyakit. Dalam hal inilah banyak muslim yang tergelincir, menggunakan ayat-ayat Allah sebagai jimat , banyak kasus penyakit yang saya tangani disebabkan oleh hal semacam ini. Buat saya hal tersebut suatu bukti sangat kuat yang tidak terbantahkan, kemudian mendorong saya untuk menulis di blog ini dengan harapan agar saudara-saudara kita yang menyimpangkan penggunaan ayat-ayat Allah sadar akan kekeliruannya.
Kasihan mereka yang membaca dari buku-buku, kitab-kitab, dari Radio, Tv, internet, belajar pada kiyai, ustad dan sebagainya mengajarkan tentang surat Al Falaq dan An Nas sebagai penangkal sihir dan atau penangkal kejahatan, begitu diamalkan tidak menghasilkan apa-apa. Mereka jadi bingung dan ragu. Menurut saya lebih bijaksana kalau apa yang mau dipidatokan, diceramahkan atau ditulis, diamalkan dulu sendiri untuk mendapatkan bukti, setelah itu baru disampaikan. Ini akan lebih baik daripada meniru dari apa kata orang lain, pengalaman orang lain. Kalau menyampaikan pengalaman sendiri akan lebih gampang dicerna, bisa dipertanggung-jawabkan pada Allah dan pada umat. Allah Taala dalam Al Qur’an menegaskan, JANGAN KAMU KATAKAN APA YANG KAMU TIDAK PERBUAT.
Sampai disini sudah jelas siapa yang memerintah, kepada siapa perintahnya, apa perintahnya dan bagaimana melaksanakan perintahnya. Ayat-ayat berikutnya adalah hasil-hasil yang akan dicapai apabila pelaksanaan perintahnya dijalankan secara benar, dan merupakan kelanjutan yang tidak bisa dipisahkan dari ayat pertama.
Ayat kedua ini, di sejumlah buku terjemahan dan tafsir dalam bahasa Indonesia, terjemahan atau tafsirnya berbunyi : “ Dari kejahatan yang Dia Ciptakan “. Kalau kita perhatikan secara teliti kalimat ini menyatakan bahwa Dia Allah yang menciptakan kejahatan. Ini sangat bertentangan dengan sifatnya Yang Maha Pemurah Lagi Maha Belas Kasih. Mungkin para pembaca terjemahan dan tafsir Al Qur’an menangkapnya seperti itu, padahal itu sangat bertentangan dengan maksud ayat tersebut.
Ayat kedua tersebut maksudnya adalah kejahatan dari makhluk yang diciptakan oleh Allah Taala, bukan Allah yang menciptakan kejahatan. Dengan ayat ini Allah Taala hendak mengajarkan pada kita bahwa setiap makhluk yang diciptakanNya, disamping ada sisi baiknya, ada sisi buruknya juga, sisi jahatnya juga. Manusia yang diciptakan dengan tangan Dia sendiri, ada sisi buruk atau sisi jahatnya, silahkan kita simak di dalam surat As Syams yang menyatakan bahwa dalam setiap jiwa diilhamkan kedurhakaan dan ketaqwaan. Ada yang menafsirkan fujuurahaa dengan kefasikan, tetapi menurut saya yang lebih pas adalah kedurhakaan. Kalau Allah menyatakan kefasikan, tentu akan dipakai kata fasiq di ayat tersebut. Kita tahu bahwa Al Qur’an sangat tepat dan konsisten dalam penempatan kata untuk menerangkan setiap masalah. Tentang hal ini dibuktikan oleh DR. Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis dalam bukunya Le Bible, Le Coranet La Science. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia berjudul BIBLE, QUR’AN DAN SAINS MODERN, buku yang sudah lama beredar di Indonesia. Begitu salah menafsirkan satu kata kunci, pasti akan meleset pemahamannya, ilmunya kita tidak peroleh. Begitulah yang banyak terjadi. Hal ini akan kita buktikan pada pembahasan-pembahasan lebih lanjut.
Dengan ayat kedua ini Allah Taala Yang Maha Belas Kasih hendak memberi jalan untuk mendapatkan karunia yang lebih besar dan lebih luas lagi kepada hamba-hambaNya yang bermunajat padaNya, memohon perlindungan dari kejahatan yang berasal dari semua makhluk yang Dia ciptakan sendiri. Artinya kejahatan apapun dan dari manapun tidak akan mampu menyentuh seseorang kalau permohonannya dengan ayat ini dikabulkan oleh Allah Rabbil Falaq.
Bersambung.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Wednesday, September 03, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 3

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Kata Qul ini tentu saja perintah dari Allah Taala, itu sudah jelas. Ada yang menafsirkan perintah itu ditujukan kepada Rasulullah saw, dengan menafsirkan :” Katakan hai Muhammad “. Kalau memang demikian penafsirannya, berarti hanya Rasulullah yang melaksanakan perintahnya, selain dari itu tidak boleh dan tidak berhak, sehingga kita juga tidak berhak melaksanakan perintah tersebut dan mendapatkan hasilnya. Oleh karenanya saya tidak setuju dengan penafsiran seperti itu.
Keyakinan saya yang kuat, perintah itu ditujukan kepada semua manusia dan jin. Begitu seseorang mengucapkan qul, dia memerintahkan dirinya, seluruh elemen dan dimensi dirinya,jiwa-raganya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, baik yang bisa dirasakan maupun yang tidak bisa dirasakan, baik yang bisa ditangkap oleh panca indera maupun yang tidak. Pokoknya semuanya, menyeluruh, istilah dalam Al Qur’an, kaffah.
Perintah : “ Katakan ! “ berbeda dengan perintah : “ Bacalah !”. Perintah bacalah, kalau kita laksanakan tidak akan berpengaruh langsung pada kita karena apa yang kita ucapkan dan kita lakukan tidak datang dari diri kita, tidak membebani diri kita. Kalau perintah katakan, sebelum kita laksanakan kita akan mempertimbangkan apakah akan dilakukan atau tidak. Kalau kita lakukan, kita bertanggung jawab penuh atas apa yang dikatakan, sementara perintah bacalah sifatnya hanya menyampaikan apa yang dibaca, pertanggung jawabannya berada pada yang member i perintah.
Apa perintahnya. Kita disuruh berlindung pada Dia Allah dengan mengatakan : “ Aku berlindung pada Rabb-nya falaq “. Dalam bahasa Arab, bentuk kata kerja semacam ini disebut al fi’l al mudhari’. Ada yang menyebutnya mudhari’ saja, ada juga yang menyebutnya al fi’l mudhari’. Bentuk semacam ini digunakan untuk menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut sedang dilaksanakan dan terus menerus dilaksanakan sampai di masa yang akan datang. Jadi potongan kalimat “ aku berlindung “, menunjukkan bahwa kita saat mengucapkannya kita minta perlindungan dan permintaan itu terus melekat pada diri kita sampai kita bertemu langsung dengan Allah Taala di akherat nanti. Persoalannya bagi kita, dalam perjalanan hidup menempuh hidup keseharian yang penuh hingar bingar duniawi, kita secara sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, mungkin adakalanya kita meminta perlindungan selain Allah. Itu berarti kita ingkar akan ikrar kita tadi. Makanya ada diantara kita diingatkan oleh Allah Taala akan keingkaran tadi, salah satu diantaranya dengan penyakit. Peringatan semacam ini sangat besar hikmahnya kalau kita mau menyadari dan mau mengerti. Hal itu sebagai pertanda Allah Yang Maha Belas Kasih, kasihan pada kita agar kita sadar dan cepat-cepat memperbaiki kesalahan-kesalahan tadi, cepat-cepat mohon ampun dan tobat, agar tidak mendapat siksaan di akhirat nanti.
Kalau ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, ikrar tadi terus diperbarui dengan terus membaca dan mengamalkannya secara benar, dalam arti dengan pemahaman yang benar.
Potongan ayat berikutnya Rabbil falaq, ada yang menafsirkan sebagai Tuhan yang memiliki subuh. Cukup lama saya mencari apa hubungannya antara ayat ini dengan ayat-ayat selanjutnya kalau penafsirannya seperti ini. Saya tidak menemukan sama sekali . Tetapi begitu diletakkan penafsiran sesuai aslinya, yaitu Rabb-nya falaq, baru bisa nyambung.
Dalam bahasa Arab, kata Rabb kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : “ yang menciptakan, yang memelihara ciptaannya tadi dan yang menyempurnakan ciptaannya tadi.
Kata falaq dalam konteks ayat ini menurut saya lebih tepat diterjemahkan dengan seluruh makluk, baik yang hidup maupun yang mati dalam seluruh alam semesta, termasuk bumi dan benda-benda langit di alam raya yang maha luas seperti bintang, galaksi, matahari, planet yang tidak terhitung jumlahnya, manusia, syetan dan jin, yang akan disebut dalam ayat-ayat berikutnya.
Begitu disatukan dua kata tadi menjadi satu kesatuan, maka penafsirannya menjadi pencipta, pemelihara dan penyempurna seluruh mahluk. Dengan penafsiran seperti ini, lebih gampang dicerna dan jelas bagi kita, betapa Maha Hebat Dia Allah Rabb Alam Semesta ini. Artinya setiap yang ada di alam semesta yang hidup maupun yang mati, sekecil dan sehalus apapun, tidak ada yang luput dari perhatian dan pengawasan Dia. Bagaimana Dia bisa memelihara dan menyempurnakan ciptaanNya kalau segala mahluk yang ada di alam semesta dan alam semesta itu sendiri tidak dalam perhatian dan pengawasan penuhNya setiap saat. Kita bisa menangkap bahwa dengan ayat ini Allah Taala ingin mengajarkan pada kita ilmu yang berkaitan dengan hajat kita seperti yang tertuang dalam ayat-ayat berikutnya. Agar kita bisa berdo’a dengan ilmu seperti yang diperintahkannya.
Dengan memperkenalkan diri sebagai Rabb-nya falaq, Allah Taala hendak memberi tahu kita bahwa kejahatan mahluk apapun semuanya berada dibawah kekuasaanNya. Kalau Dia tidak izinkan, kejahatan itu tidak terlaksana, maka buyarlah kejahatan itu, makanya kita diperintahkan untuk minta perlindungan padaNya sebagai Rabb-nya falaq.
Kalau kita membaca sejarah peradaban bangsa-bangsa jaman dulu seperti Mesir Kuno, Babolonia, Yunani Kuno dan sebagainya, kita menemukan bahwa mereka menyembah benda-benda langit tadi, meminta kekuatan dari sana. Begitu juga dengan penyihirnya. Dalam hal ini kita kenal dewa-dewa yang diasosiakan dengan benda-benda langit tadi.


Bersambung
.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Tuesday, September 02, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 2

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Sekarang kita masuk ke pembahasan pokok. Bacaan pertama adalah : “ Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang “.
Banyak hadits shahih dari sejumlah perawi yang menegaskan bahwa setiap kita memulai pekerjaan apa saja kita harus membaca kalimat tersebut. Saya tidak akan bahas hal tersebut.
Saya hanya membahas kenapa harus membaca kalimat itu dan kalau membaca, apa sebenarnya yang terjadi.
Menyebut “ Dengan nama Allah “, kita secara tegas mengakui dan menyatakan bahwa apa yang kita perbuat adalah milik Allah, bukan selain dari itu, sebagai ibadah padaNya. Penegasan Allah Taalla dalam Al Qur’an bahwa manusia dan jin diciptakan tidak lain, kecuali untuk beribadah pada Allah. Kalau setiap aktivitas kita dalam keseharian kita bukan sebagai ibadah, maka ingkarlah kita pada Allah Pemilik semua apa yang ada di semesta ini. Diri kita, jiwa-raga kita, udara yang kita hirup, tanah tempat kita berpijak, tempat kita berteduh, semuanya milik Allah, haq Allah. Kita tidak akan bisa lari dariNya. Wajar dan pantaslah kita menyebut namaNya untuk mengingatkan diri kita dan minta izin pada yang punya.
Dengan mengucapkan kalimat tersebut kita juga mengumumkan kepada semua makhluk yang terkait dengan kegiatan yang akan kita lakukan, baik yang hidup maupun yang mati, yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan bahwa kegiatan tersebut adalah ibadah kita pada Allah dan atas izin Allah Taala serta akan menjadi milik Allah.
Kalau pemahaman kita benar, seharusnya kegiatan kita yang diawali dengan mengucapkan kalimat tadi tidak akan ada yang berani mengganggu atau menghambat selama kegiatan itu benar disisi Allah Taala. Saya tegaskan lagi benar disisi Allah, bukan benar versi kita atau versi siapapun. Karena apa yang ada di Alam Semesta ini semuanya tunduk pada Allah yang Menciptakan dan Pemilik Tunggal. Saya ingatkan kembali disini, pemahaman yang saya maksud adalah pemahaman dengan hati. Kalau ingin memahami dengan hati yang benar menurut yang diajarkan oleh Allah, silahkan cari sendiri di Al Qur’an. Disana ada dua kata yang berarti hati yaitu Al Qalbi dan Al Af’idah. Al Gazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin juga membahas tentang hati ini secara terperinci, tetapi saya ingatkan bahwa yang paling benar di Al Qur’an kalau belajar tentang hati.
Dalam kalimat basmalah tadi Allah menambahkan sifatNya, Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang. Banyak pihak yang memisahkan Ar Rahman dengan Ar Rahim ini. Saya tidak sependapat dengan pemisahan itu. Dalam Al Qur’an memang banyak kita temui pemisahan itu Ar Rahman dan Ar Rahim. Tentu ada hikmahnya dibalik itu, semua mengandung makna dan tujuannya masing-masing, ada rahasia berupa ilmu disisi Allah dibalik itu semua. Allah sendiri telah menggabungkan dua namanya itu, kenapa kita sok tahu memisahkan dalam pemahamannya. Sepintas lalu , antara pemisahan dan penggabungan ini tidak ada bedanya, sama saja, padahal pada hakikatnya berbeda. Contohnya begini, kalau cat warna hijau dicampur warna biru, maka cat itu tidak lagi berwarna biru atau warna hijau, sudah lain warnanya.
Contoh lain dalam science bidang fisika dan astrofisika, sangat berbeda antara ruang dan waktu dengan ruang waktu.
Memang hal ini sulit menangkapnya, karena memang tidak bisa dicerna dengan logika pemikiran, hanya bisa dipahami dengan hati.
Sekarang kita masuk ke ayat pertama. Ayat ini dibuka dengan kata qul ( katakan ), kata perintah ( fi’l al amr ). Kalau namanya perintah, kita perlu tahu dari siapa, kepada siapa, perintahnya apa, bagaimana cara menjalankan perintahnya dan hasilnya apa.
Bersambung.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF

Monday, September 01, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Kali ini saya akan membahas kedua surat di judul diatas secara bersambung. Semoga Allah Taala membimbing kita dalam pemahamannya.
Benarkah kedua surat tersebut mujarab sebagai penangkal sihir. Mungkin anda pernah mencobanya berulangkali dan sering mengamalkan seperti petunjuk hadits shohih yang ada, tetapi tidak mempan juga dalam arti tidak membawa kesembuhan dari penyakit non medis. Dengan kenyataan tersebut banyak diantara kita ragu tentang kemujaraban kedua surat tersebut sebagai penangkal sihir.
Dalam sejarah turunnya kedua surat tersebut, Rasulullah saw menderita sakit parah kena sihir orang Yahudi selama enam bulan. Rasullah saw sampai kurus, rambutnya rontok, merasa berkumpul dengan isterinya padahal tidak.
Setelah surat Al Falaq dan Surat An Nas diturunkan kemudian diamalkan oleh Rasullah saw, maka terlepas dan terbongkarlah sihir itu. Rasulullah saw sembuh.
Pertanyaan yang timbul dalam diri kita, kenapa kedua surat itu tidak mujarab begitu kita amalkan sesuai petunjuk hadits. Kumungkinannya ada dua.
1. Penyakit yang diderita bukan akibat sihir, meskipun penyakitnya non medis. Tentu anda yang sudah membaca semua tulisan-tulisan di blog ini tahu bahwa penyakit non medis bukan hanya disebabkan oleh sihir.
2. Kita tidak memahami secara benar isi kedua surat tersebut sehingga dalam pengamalannya meleset dan menyimpang . Bukan kesembuhan yang kita dapat melainkan menambah beban kita kalau memang diniatkan untuk menangkal sihir. Begitu salah pemahaman, tentu akan salah juga pengamalannya sehingga amalan-amalan yang dilakukan tidak sampai kepada Allah, tetapi menjadi milik syetan. Akibatnya penyakitnya tambah berat.
Kebanyakan diantara kita yakin bahwa pemahaman kita benar karena belajar dari kitab-kitab tafsir terkenal yang lengkap dan bagus.
Pengalaman saya dengan sejumlah kitab tafsir, beberapa persoalan yang ingin saya ketahui dan cari jawabannya, malah membingungkan, tidak bisa ditangkap apa maksudnya, sehingga saya harus berikhtiar sendiri mengungkapnya. Para ahli tafsir terlalu mementingkan hukum-hukum/grammer bahasa Arab untuk menafsirkan Al Qur’an. Mereka sangat mementingkan nahwu ,syaraf, balaghah, ma’ani dan sebagainya. Malah ada yang membandingkan dengan syair bahasa Arab yang berkembang pada zaman turunnya Al Qur’an, padahal Allah Taala menegaskan dalam Al Qur’an bahwa Al Qur’an bukan syair. Al Qur’an, bahasanya jelas dan terang, bukan seperti syair yang bahasanya rumit dan sulit ditangkap maknanya. Para penafsir Al Qur’an dalam hal-hal tertentu, tidak menggunakan pengetahuan untuk menafsir . Misalnya tidak menggunakan pengetahuan tentang sihir dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang menyangkut sihir. Begitu juga dengan pengetahuan lainnya seperti astronomi, astro fisika, geologi dan sebagainya .
Persoalan lainnya adalah persepsi kita sendiri yang keliru. Kita merasa setelah membaca sejumlah tafsir atau literatur lainnya tentang sesuatu masalah, kita sudah paham masalah tersebut. Anggapan ini sangat keliru. Ilmu dalam Islam adalah ilmu amaliah, agama Islam adalah agama amaliah. Seseorang baru dikatakan ulama apabila telah berhasil mengamalkan apa yang diketahuinya secara benar sesuatu hal sesuai dengan pemahaman yang melekat pada ayat yang diturunkan oleh Allah.
Jadi tahapnya, membaca, melihat dan mendengar baru pada taraf mengetahui. Tahap berikutnya adalah penghayatan terhadap apa yang diketahui biasanya sejalan dengan pengamalan. Setelah proses pengamalan ini baru akan sampai pada tingkat pemahaman. Pada tingkat terakhir inilah baru seseorang dikatakan berilmu.
Pada taraf mengetahui, kita menggunakan dan merekamnya dengan otak, sementara tingkat pemahaman dicapai dengan hati. Pemahaman dengan hati diungkapkan oleh Allah Taala dalam Al Qur’an, salah satunya di ayat 179 surat Al A’raf. Silahkan cari sendiri hal ini didalam Al Qur’an.
Mungkin anda kaget membaca kenyataan ini. Apa iya hati bisa dipakai untuk pemahaman. Dan inilah bahagian yang tersulit dari belajar ilmu-ilmu disisi Allah. Butuh proses panjang dan rumit dilandasi kemauan sangat kuat untuk sampai ke tingkat pemahaman. Silahkan coba dan buktikan sendiri, apakah ayat-ayat yang anda baca dalam Al Qur’an sudah dipahami dengan hati, bukan dengan pikiran.
Jadi apa yang saya tulis disini baru pada taraf pengetahuan. Tapi saya berharap tulisan-tulisan saya ini dapat mengantar anda ke tahap penghayatan dan pengamalan yang benar untuk sampai kepada pemahaman yang benar pula. Insyaallah.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF
 
Free Blog CounterEnglish German Translation