Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Seperti saya ungkapkan sebelumnya, kejahatan yang paling hebat dan paling berat yang senantiasa mengintai dan atau menjajah setiap anak manusia adalah kejahatan yang disebutkan oleh Allah Taala pada ketiga ayat terakhir surat An Nas ini.
Ayat keempat, terjemahannya berbunyi : “ Dari kejahatan ( bisikan ) syetan yang biasa bersembunyi”. Seperti itulah tafsir atau terjemahan yang kita temui di terjemahan-terjemahan dan atau tafsir-tafsir Al Qur’an yang ada. Kalau kita teliti dan renungkan secara mendalam terjemahan seperti itu agak susah menangkapnya, karena kurang mewakili seperti apa yang dterangkan oleh Allah Taala dengan ayat tersebut.
Kata waswaas, kalau kita cari dalam kamus bahsa Arab-Indonesia Al Munawir, ada tiga artinya ;
1.pikiran/bisikan hati yang jahat.
2. keraguan, kebimbangan, syak
3. syetan.
Untuk lebih menangkap maksud dan makna kata tersebut mari kita lihat penggunaannya di ayat lain dalam Al Qur’an, yaitu di ayat 20 surat Al A’raf, ayat 120 surat Thahaa dan surat Qaf ayat 16.
Kalau melihat penggunaannya pada surat Al A’raf dan surat Thahaa, maka tidak mungkin kata waswisu disitu berarti bisikan, karena dalam kedua ayat tersebut bahagian dari kalimatnya ada yang berbunyi : “ Syetan berkata……….” Tidak mengkin setelah berbisik kemudian syetan berkata kepada Adam dan Hawa. Disamping itu dalam Al Qur’an, untuk kata yang berarti berbisik digunakan kata najwa.
Saya lebih memilih kata waswaas diartikan sebagai keraguan, kebimbangan dan syak. Inilah menurut saya yang paling tepat. Ini dibuktikan oleh penjelasan-penjelasan sejumlah kejadian dalam Al Qur’an yang berkaitan dengan penggunaan kata tersebut. Adam as setelah didatangi syetan yang pura-pura memberi nasehat, menyuruhnya makan buah terlarang, buah khuldi di surga, tidak langsung memakannya, ada prosesnya dan syetan mendatangi Adam dan Hawa lebih dari satu kali. Ada proses dalam diri Adam dan isterinya untuk sampai pada keputusan memakan buah tersebut. Makanya dalam surat Al Baqarah Allah Taala menerangkan : “ Maka digelincirkan oleh syaitan………….” ( fa’azalla humas syaitanu ). Tergelincir artinya tidak langsung jatuh, ada suatu proses sebelum jatuh.
Dalam pertarungan di alam jin dan syetan atau dalam aktivitas sihir/santet, senjata yang paling ampuh untuk mengalahkan lawan yang tangguh adalah membuat lawan tersebut ragu, bimbang dan syak. Misalnya orang diserang sihir/santet atau kejahatan lainnya yang berhubungan dengan syetan, mereka digempur dengan mimpi buruk yang terus menerus dan berkepanjangan, sampai-sampai apa yang dimimpikan itu terus terbayang setiap saat pada kesehariannya. Korban tersebut suatu saat akan ragu, bimbang atau syak. Begitu dia ragu, maka dia membuka pintu bagi kejahatan itu masuk menghajar dirinya. Ada juga lewat mulut manusia secara lahiriah kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada korban yang akan menambah keraguan si korban.
Melawan keraguan dan kebimbangan ini akan sangat sulit, apalagi keraguan ini datang dari bahagian paling dalam dari diri kita. Kita tidak tahu sebabnya, tahu-tahu perasaan kita tidak enak, firasat tidak enak yang terus menghantui, sebagai cermin bahwa sesuatu terjadi di alam jiwa kita, tetapi kita tidak tahu persis apa yang terjadi dan apa penyebabnya.
Bersambung.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.
TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF