Custom Search
Link

Wednesday, September 03, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 3

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Kata Qul ini tentu saja perintah dari Allah Taala, itu sudah jelas. Ada yang menafsirkan perintah itu ditujukan kepada Rasulullah saw, dengan menafsirkan :” Katakan hai Muhammad “. Kalau memang demikian penafsirannya, berarti hanya Rasulullah yang melaksanakan perintahnya, selain dari itu tidak boleh dan tidak berhak, sehingga kita juga tidak berhak melaksanakan perintah tersebut dan mendapatkan hasilnya. Oleh karenanya saya tidak setuju dengan penafsiran seperti itu.
Keyakinan saya yang kuat, perintah itu ditujukan kepada semua manusia dan jin. Begitu seseorang mengucapkan qul, dia memerintahkan dirinya, seluruh elemen dan dimensi dirinya,jiwa-raganya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, baik yang bisa dirasakan maupun yang tidak bisa dirasakan, baik yang bisa ditangkap oleh panca indera maupun yang tidak. Pokoknya semuanya, menyeluruh, istilah dalam Al Qur’an, kaffah.
Perintah : “ Katakan ! “ berbeda dengan perintah : “ Bacalah !”. Perintah bacalah, kalau kita laksanakan tidak akan berpengaruh langsung pada kita karena apa yang kita ucapkan dan kita lakukan tidak datang dari diri kita, tidak membebani diri kita. Kalau perintah katakan, sebelum kita laksanakan kita akan mempertimbangkan apakah akan dilakukan atau tidak. Kalau kita lakukan, kita bertanggung jawab penuh atas apa yang dikatakan, sementara perintah bacalah sifatnya hanya menyampaikan apa yang dibaca, pertanggung jawabannya berada pada yang member i perintah.
Apa perintahnya. Kita disuruh berlindung pada Dia Allah dengan mengatakan : “ Aku berlindung pada Rabb-nya falaq “. Dalam bahasa Arab, bentuk kata kerja semacam ini disebut al fi’l al mudhari’. Ada yang menyebutnya mudhari’ saja, ada juga yang menyebutnya al fi’l mudhari’. Bentuk semacam ini digunakan untuk menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut sedang dilaksanakan dan terus menerus dilaksanakan sampai di masa yang akan datang. Jadi potongan kalimat “ aku berlindung “, menunjukkan bahwa kita saat mengucapkannya kita minta perlindungan dan permintaan itu terus melekat pada diri kita sampai kita bertemu langsung dengan Allah Taala di akherat nanti. Persoalannya bagi kita, dalam perjalanan hidup menempuh hidup keseharian yang penuh hingar bingar duniawi, kita secara sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, mungkin adakalanya kita meminta perlindungan selain Allah. Itu berarti kita ingkar akan ikrar kita tadi. Makanya ada diantara kita diingatkan oleh Allah Taala akan keingkaran tadi, salah satu diantaranya dengan penyakit. Peringatan semacam ini sangat besar hikmahnya kalau kita mau menyadari dan mau mengerti. Hal itu sebagai pertanda Allah Yang Maha Belas Kasih, kasihan pada kita agar kita sadar dan cepat-cepat memperbaiki kesalahan-kesalahan tadi, cepat-cepat mohon ampun dan tobat, agar tidak mendapat siksaan di akhirat nanti.
Kalau ingin mendapatkan hasil yang lebih baik, ikrar tadi terus diperbarui dengan terus membaca dan mengamalkannya secara benar, dalam arti dengan pemahaman yang benar.
Potongan ayat berikutnya Rabbil falaq, ada yang menafsirkan sebagai Tuhan yang memiliki subuh. Cukup lama saya mencari apa hubungannya antara ayat ini dengan ayat-ayat selanjutnya kalau penafsirannya seperti ini. Saya tidak menemukan sama sekali . Tetapi begitu diletakkan penafsiran sesuai aslinya, yaitu Rabb-nya falaq, baru bisa nyambung.
Dalam bahasa Arab, kata Rabb kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : “ yang menciptakan, yang memelihara ciptaannya tadi dan yang menyempurnakan ciptaannya tadi.
Kata falaq dalam konteks ayat ini menurut saya lebih tepat diterjemahkan dengan seluruh makluk, baik yang hidup maupun yang mati dalam seluruh alam semesta, termasuk bumi dan benda-benda langit di alam raya yang maha luas seperti bintang, galaksi, matahari, planet yang tidak terhitung jumlahnya, manusia, syetan dan jin, yang akan disebut dalam ayat-ayat berikutnya.
Begitu disatukan dua kata tadi menjadi satu kesatuan, maka penafsirannya menjadi pencipta, pemelihara dan penyempurna seluruh mahluk. Dengan penafsiran seperti ini, lebih gampang dicerna dan jelas bagi kita, betapa Maha Hebat Dia Allah Rabb Alam Semesta ini. Artinya setiap yang ada di alam semesta yang hidup maupun yang mati, sekecil dan sehalus apapun, tidak ada yang luput dari perhatian dan pengawasan Dia. Bagaimana Dia bisa memelihara dan menyempurnakan ciptaanNya kalau segala mahluk yang ada di alam semesta dan alam semesta itu sendiri tidak dalam perhatian dan pengawasan penuhNya setiap saat. Kita bisa menangkap bahwa dengan ayat ini Allah Taala ingin mengajarkan pada kita ilmu yang berkaitan dengan hajat kita seperti yang tertuang dalam ayat-ayat berikutnya. Agar kita bisa berdo’a dengan ilmu seperti yang diperintahkannya.
Dengan memperkenalkan diri sebagai Rabb-nya falaq, Allah Taala hendak memberi tahu kita bahwa kejahatan mahluk apapun semuanya berada dibawah kekuasaanNya. Kalau Dia tidak izinkan, kejahatan itu tidak terlaksana, maka buyarlah kejahatan itu, makanya kita diperintahkan untuk minta perlindungan padaNya sebagai Rabb-nya falaq.
Kalau kita membaca sejarah peradaban bangsa-bangsa jaman dulu seperti Mesir Kuno, Babolonia, Yunani Kuno dan sebagainya, kita menemukan bahwa mereka menyembah benda-benda langit tadi, meminta kekuatan dari sana. Begitu juga dengan penyihirnya. Dalam hal ini kita kenal dewa-dewa yang diasosiakan dengan benda-benda langit tadi.


Bersambung
.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF
 
Free Blog CounterEnglish German Translation