Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Dengan penjelasan-penjelasan saya sebelumnya, kita sudah mendapat gambaran sekilas tentang manusia atau an nas dalam bahasa Al Qur’an. Betapa rapuhnya manusia bila kita menyadari bahwa begitu kompleks dan rumitnya jiwa-jiwa yang membuat manusia jadi hidup. Ditambah lagi syetan dan Iblis yang tidak berhenti mengobok-oboknya menjadi sangat rumit lagi. Kalau bukan karena Rahmat dan Karunia Allah Yang Maha Belas Kasih, maka seluruh anak cucu Adam akan binasa di tangan Iblis dan syetan.
Antara kelompok jiwa yang taqwa dan yang durhaka tentu akan terus bertikai. Kalau jiwa yang durhaka lebih banyak, maka menanglah dia, kalau jiwa yang taqwa lebih banyak maka menanglah yang taqwa. Diantara jiwa yang taqwa juga ada perselisihan misalnya antara jiwa yang murni taqwa sebagai hasil ibadah sesuai dengan apa yang diajarkan dan ditetapkan oleh Allah dengan jiwa-jiwa dari hasil ibadah yang menyimpang. Begitu juga halnya dengan jiwa-jiwa yang durhaka. Inilah persoalan-persoalan yang umumnya saya temukan dalam penyembuhan. Tapi kebanyakan manusia tidak tahu tentang jiwanya, kalaupun ada yang tahu kebanyakan mereka lupa akan jiwanya.
Sekarang kita masuk ke ayat pertama yang diterjemahkan : “ Aku berlindung pada Rabbnya manusia “. Semua kata dalam ayat tersebut sudah saya bahas. Disini Allah Taala menempatkan kedudukannya sebagai Rabb. Manusia diberi kebebasan se bebas-bebasnya oleh Allah Taala, maka kedudukanNya sebagai Rabb tidak akan dipakai untuk mengatasi pembangkangan manusia terhadapNya. Maka pada ayat berikutnya ditempatkan lagi kedudukannya sebagai Raja yang terjemahan lengkap ayat kedua : “ Raja manusia “. Karena Dia Raja Di Raja, maka manusia pasti akan tunduk padaNya. Apakah manusia itu tunduk dengan ikhlas atau dipaksa karena sebagai Raja Di Raja, Dia Maha Kuasa untuk melakukan apa saja terhadap siapapun dan apapun termasuk manusia.
Dia sebagai Rabb tentu sangat mengetahui sekecil dan sehalus apapun yang terjadi dalam setiap diri manusia, termasuk dalam jiwa-jiwa yang sangat halus, bisikan-bisakan yang sangat halus atau lintasan serta kilasan-kilasan yang sangat halus dalam setiap jiwa. Tidak mungkin Dia yang memelihara dan menyempurnakan jiwa kalau Dia tidak tahu apa yang terjadi setiap saat pada setiap jiwa. Kalau kita renungkan, setiap manusia terdiri dari banyak sekali jiwa, sekian banyak manusia yang pernah hidup, masih hidup dan akan lahir dan hidup, tidak satupun dari sekian banayak jiwa yang tidak terhitung jumlahnya itu luput dari perhatian Dia. Betapa Maha Hebatnya Dia Allah Rabbul Alamin.
Dengan kedudukan sebagai Rabb seperti itu, begitu Dia menempatkan diri sebagai Raja Di Raja, tidak ada lagi dari setiap bahagian dari diri manusia yang bisa mengelak dari KekuasaanNya, apapun yang Dia kehendaki dan apapun yang Dia mau. Dia melindungi atau tidak, memberi petunjuk atau tidak pada jiwa-jiwa tadi, itu terserah Dia. Tetapi yang pasti seperti penegasanNya sendiri, Allah Taala akan memberikan apa saja yang diminta oleh hambaNya yang Dia kasihi. Persolannya tinggal, bagaimana caranya agar kita menjadi manusia yang sangat dikasihi atau dikasihi oleh Allah Taala.
Ayat ketiga terjemahannya : “ Sembahan manusia “. Bagaimanakah pemahaman ayat ini, apakah hanya orang yang menyembah Dia saja yang dimaksud ayat ini, sementara orang kafir padaNya tidak termasuk dalam ayat ini.
Kalau kita pelajari tentang penciptaan manusia di Al Qur’an, Allah Taala mengabarkan pada kita bahwa pada penciptaannya pertama, semua manusia menyembah Dia, siapapun manusia itu. Karena penciptaan jiwa manusia didasarkan atas fitrah yang tunduk pada Rabbnya. Ini artinya dalam setiap diri manusia, termasuk orang kafir dan tidak beragama sekalipun ada jiwa yang tunduk dan menyembah Allah Rabbnya. Pada orang kafir dan tidak beragama, jiwa yang tunduk dan menyembah Allah Rabbnya sangat-sangat sedikit dan sangat lemah sehingga tidak mampu melawan jiwa-jiwa lain yang kafir, ingkar dan durhaka pada Allah Rabb yang menciptakannya.
Kalau penafsiran ayat ketiga ini hanya ditujukan kepada orang-orang yang berserah diri padaNya, sementara orang kafir dan tidak beragama tidak termasuk dalam ayat ini, maka hal itu bertentangan dengan apa yang dijelaskan oleh Allah Taala dalam Al Qur’an dan hadits qudsi tentang penciptaan manusia.
Menurut saya, hakekat dari ketiga ayat ini, Allah Taala yang Maha Belas Kasih mengajarkan pada kita untuk mengenal Allah Rabb kita secara benar dan mengenal diri kita sendiri sebagai manusia. Dalam ayat ini Allah Taala mengajarkan pada kita salah satu cara menjalin hubungan yang intens dengan Dia.
Saya kira sudah cukup jelas tentang ketiga ayat pertama surat An Nas, sementara ayat berikutnya Allah Taala mengajarkan pada kita tentang kejahatan yang paling hebat yang pernah dan akan senantiasa bertahta dalam setiap diri anak manusia, kalau Allah Taala Yang Maha Kuasa Lagi Maha Belas Kasih tidak melindungi kita.
Bersambung.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.
TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF