Custom Search
Link

Friday, September 05, 2008

MENYINGKAP RAHASIA SURAT AL FALAQ DAN AN NAS SEBAGAI PENANGKAL SIHIR 4

Sudahkah anda renungkan tafsir ayat pertama surat Al Falaq pada posting sebelumnya. Kalau permohonan kita minta perlindungan pada Allah Rabbil Falaq dikabulkan, artinya kita senantiasa berada dalam lindunganNya, maka tidak akan ada lagi kejahatan yang bersumber dari falaq mampu menyentuh kita. Seandainya seluruh pembuat kejahatan di semesta ini berkumpul dan bersatu menyerang kita dengan menggunakan kekuatan falaq, maka kejahatan itu tidak akan mampu menyentuh kita sampai kapanpun karena kita senantiasa berada dalam perlindungan Rabbil Falaq. Ini seandainya permohonan kita dikabulkan. Kalau ingin dikabulkan , terus saja berdo’a dengan ayat yang diturunkan tadi, ngotot saja minta seperti Nabi Musa as, suatu saat akan dikabulkan karena Dia Maha Belas Kasih. Seperti Nabi Zakariah as yang terus dengan sabar meminta keturunan sampai tua renta meskipun isterinya mandul, akhirnya dikabulkan juga.
Bagi saya ayat tersebut dahsyat, luar biasa. Rasulullah saw seperti yang dikutip Ibnu Katsier dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa sebaik-baiknya surat yang dibaca oleh manusia adalah Al Falaq dan An Nas. Pada saat sakit parah menjalang ajalnya Rasulullah saw selalu membaca kedua surat itu, kadang-kadang Siti Aisyah isterinya membacakan juga kedua surat itu saat melayani dan menunggu beliau yang sakit parah. Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa setelah kedua surat tersebut turun, Rasulullah saw meninggalkan do’a –do’a dan cara yang lain untuk mengobati penyakit atau rasa sakit, diganti dengan membaca surat Al Falaq dan An Nas. Tapi perlu dicatat sebagai catatan penting bahwa Rasulullah saw melakukan dengan pemahaman yang benar, dengan ilmu yang diajarkan langsung oleh Allah Taala. Kalau kita membaca kedua surat itu untuk penangkal sihir atau mengobati penyakit, tanpa pemahaman yang benar, tanpa ilmu, sama dengan kita menjadikan kedua surat tersebut jimat, maka kita jadi terperangkap dalam syirik terselubung. Seandainya kita belum paham, bisa saja kita baca sebagai amalan membaca Al Qur’an sebagai salah satu bentuk ibadah tanpa niat menggunakannya untuk penangkal sihir atau penyembuh penyakit. Dalam hal inilah banyak muslim yang tergelincir, menggunakan ayat-ayat Allah sebagai jimat , banyak kasus penyakit yang saya tangani disebabkan oleh hal semacam ini. Buat saya hal tersebut suatu bukti sangat kuat yang tidak terbantahkan, kemudian mendorong saya untuk menulis di blog ini dengan harapan agar saudara-saudara kita yang menyimpangkan penggunaan ayat-ayat Allah sadar akan kekeliruannya.
Kasihan mereka yang membaca dari buku-buku, kitab-kitab, dari Radio, Tv, internet, belajar pada kiyai, ustad dan sebagainya mengajarkan tentang surat Al Falaq dan An Nas sebagai penangkal sihir dan atau penangkal kejahatan, begitu diamalkan tidak menghasilkan apa-apa. Mereka jadi bingung dan ragu. Menurut saya lebih bijaksana kalau apa yang mau dipidatokan, diceramahkan atau ditulis, diamalkan dulu sendiri untuk mendapatkan bukti, setelah itu baru disampaikan. Ini akan lebih baik daripada meniru dari apa kata orang lain, pengalaman orang lain. Kalau menyampaikan pengalaman sendiri akan lebih gampang dicerna, bisa dipertanggung-jawabkan pada Allah dan pada umat. Allah Taala dalam Al Qur’an menegaskan, JANGAN KAMU KATAKAN APA YANG KAMU TIDAK PERBUAT.
Sampai disini sudah jelas siapa yang memerintah, kepada siapa perintahnya, apa perintahnya dan bagaimana melaksanakan perintahnya. Ayat-ayat berikutnya adalah hasil-hasil yang akan dicapai apabila pelaksanaan perintahnya dijalankan secara benar, dan merupakan kelanjutan yang tidak bisa dipisahkan dari ayat pertama.
Ayat kedua ini, di sejumlah buku terjemahan dan tafsir dalam bahasa Indonesia, terjemahan atau tafsirnya berbunyi : “ Dari kejahatan yang Dia Ciptakan “. Kalau kita perhatikan secara teliti kalimat ini menyatakan bahwa Dia Allah yang menciptakan kejahatan. Ini sangat bertentangan dengan sifatnya Yang Maha Pemurah Lagi Maha Belas Kasih. Mungkin para pembaca terjemahan dan tafsir Al Qur’an menangkapnya seperti itu, padahal itu sangat bertentangan dengan maksud ayat tersebut.
Ayat kedua tersebut maksudnya adalah kejahatan dari makhluk yang diciptakan oleh Allah Taala, bukan Allah yang menciptakan kejahatan. Dengan ayat ini Allah Taala hendak mengajarkan pada kita bahwa setiap makhluk yang diciptakanNya, disamping ada sisi baiknya, ada sisi buruknya juga, sisi jahatnya juga. Manusia yang diciptakan dengan tangan Dia sendiri, ada sisi buruk atau sisi jahatnya, silahkan kita simak di dalam surat As Syams yang menyatakan bahwa dalam setiap jiwa diilhamkan kedurhakaan dan ketaqwaan. Ada yang menafsirkan fujuurahaa dengan kefasikan, tetapi menurut saya yang lebih pas adalah kedurhakaan. Kalau Allah menyatakan kefasikan, tentu akan dipakai kata fasiq di ayat tersebut. Kita tahu bahwa Al Qur’an sangat tepat dan konsisten dalam penempatan kata untuk menerangkan setiap masalah. Tentang hal ini dibuktikan oleh DR. Maurice Bucaille, ilmuwan Perancis dalam bukunya Le Bible, Le Coranet La Science. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia berjudul BIBLE, QUR’AN DAN SAINS MODERN, buku yang sudah lama beredar di Indonesia. Begitu salah menafsirkan satu kata kunci, pasti akan meleset pemahamannya, ilmunya kita tidak peroleh. Begitulah yang banyak terjadi. Hal ini akan kita buktikan pada pembahasan-pembahasan lebih lanjut.
Dengan ayat kedua ini Allah Taala Yang Maha Belas Kasih hendak memberi jalan untuk mendapatkan karunia yang lebih besar dan lebih luas lagi kepada hamba-hambaNya yang bermunajat padaNya, memohon perlindungan dari kejahatan yang berasal dari semua makhluk yang Dia ciptakan sendiri. Artinya kejahatan apapun dan dari manapun tidak akan mampu menyentuh seseorang kalau permohonannya dengan ayat ini dikabulkan oleh Allah Rabbil Falaq.
Bersambung.

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF
 
Free Blog CounterEnglish German Translation