Kali ini saya akan membahas kedua surat di judul diatas secara bersambung. Semoga Allah Taala membimbing kita dalam pemahamannya.
Benarkah kedua surat tersebut mujarab sebagai penangkal sihir. Mungkin anda pernah mencobanya berulangkali dan sering mengamalkan seperti petunjuk hadits shohih yang ada, tetapi tidak mempan juga dalam arti tidak membawa kesembuhan dari penyakit non medis. Dengan kenyataan tersebut banyak diantara kita ragu tentang kemujaraban kedua surat tersebut sebagai penangkal sihir.
Dalam sejarah turunnya kedua surat tersebut, Rasulullah saw menderita sakit parah kena sihir orang Yahudi selama enam bulan. Rasullah saw sampai kurus, rambutnya rontok, merasa berkumpul dengan isterinya padahal tidak.
Setelah surat Al Falaq dan Surat An Nas diturunkan kemudian diamalkan oleh Rasullah saw, maka terlepas dan terbongkarlah sihir itu. Rasulullah saw sembuh.
Pertanyaan yang timbul dalam diri kita, kenapa kedua surat itu tidak mujarab begitu kita amalkan sesuai petunjuk hadits. Kumungkinannya ada dua.
1. Penyakit yang diderita bukan akibat sihir, meskipun penyakitnya non medis. Tentu anda yang sudah membaca semua tulisan-tulisan di blog ini tahu bahwa penyakit non medis bukan hanya disebabkan oleh sihir.
2. Kita tidak memahami secara benar isi kedua surat tersebut sehingga dalam pengamalannya meleset dan menyimpang . Bukan kesembuhan yang kita dapat melainkan menambah beban kita kalau memang diniatkan untuk menangkal sihir. Begitu salah pemahaman, tentu akan salah juga pengamalannya sehingga amalan-amalan yang dilakukan tidak sampai kepada Allah, tetapi menjadi milik syetan. Akibatnya penyakitnya tambah berat.
Kebanyakan diantara kita yakin bahwa pemahaman kita benar karena belajar dari kitab-kitab tafsir terkenal yang lengkap dan bagus.
Pengalaman saya dengan sejumlah kitab tafsir, beberapa persoalan yang ingin saya ketahui dan cari jawabannya, malah membingungkan, tidak bisa ditangkap apa maksudnya, sehingga saya harus berikhtiar sendiri mengungkapnya. Para ahli tafsir terlalu mementingkan hukum-hukum/grammer bahasa Arab untuk menafsirkan Al Qur’an. Mereka sangat mementingkan nahwu ,syaraf, balaghah, ma’ani dan sebagainya. Malah ada yang membandingkan dengan syair bahasa Arab yang berkembang pada zaman turunnya Al Qur’an, padahal Allah Taala menegaskan dalam Al Qur’an bahwa Al Qur’an bukan syair. Al Qur’an, bahasanya jelas dan terang, bukan seperti syair yang bahasanya rumit dan sulit ditangkap maknanya. Para penafsir Al Qur’an dalam hal-hal tertentu, tidak menggunakan pengetahuan untuk menafsir . Misalnya tidak menggunakan pengetahuan tentang sihir dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang menyangkut sihir. Begitu juga dengan pengetahuan lainnya seperti astronomi, astro fisika, geologi dan sebagainya .
Persoalan lainnya adalah persepsi kita sendiri yang keliru. Kita merasa setelah membaca sejumlah tafsir atau literatur lainnya tentang sesuatu masalah, kita sudah paham masalah tersebut. Anggapan ini sangat keliru. Ilmu dalam Islam adalah ilmu amaliah, agama Islam adalah agama amaliah. Seseorang baru dikatakan ulama apabila telah berhasil mengamalkan apa yang diketahuinya secara benar sesuatu hal sesuai dengan pemahaman yang melekat pada ayat yang diturunkan oleh Allah.
Jadi tahapnya, membaca, melihat dan mendengar baru pada taraf mengetahui. Tahap berikutnya adalah penghayatan terhadap apa yang diketahui biasanya sejalan dengan pengamalan. Setelah proses pengamalan ini baru akan sampai pada tingkat pemahaman. Pada tingkat terakhir inilah baru seseorang dikatakan berilmu.
Pada taraf mengetahui, kita menggunakan dan merekamnya dengan otak, sementara tingkat pemahaman dicapai dengan hati. Pemahaman dengan hati diungkapkan oleh Allah Taala dalam Al Qur’an, salah satunya di ayat 179 surat Al A’raf. Silahkan cari sendiri hal ini didalam Al Qur’an.
Mungkin anda kaget membaca kenyataan ini. Apa iya hati bisa dipakai untuk pemahaman. Dan inilah bahagian yang tersulit dari belajar ilmu-ilmu disisi Allah. Butuh proses panjang dan rumit dilandasi kemauan sangat kuat untuk sampai ke tingkat pemahaman. Silahkan coba dan buktikan sendiri, apakah ayat-ayat yang anda baca dalam Al Qur’an sudah dipahami dengan hati, bukan dengan pikiran.
Jadi apa yang saya tulis disini baru pada taraf pengetahuan. Tapi saya berharap tulisan-tulisan saya ini dapat mengantar anda ke tahap penghayatan dan pengamalan yang benar untuk sampai kepada pemahaman yang benar pula. Insyaallah.
TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF