Custom Search
Link

Saturday, August 12, 2006

SEBAIKNYA SAINS KEDOKTERAN BERDAMAI DENGAN AL QUR’AN AGAR TIDAK STAGNAN DAN MANDUL

JH Alifulhaq

Banyak kasus kesehatan yang menimpa sejumlah anak manusia tidak bisa dijawab/diselesaikan oleh sains kedokteran termasuk psikologi.

Ada anggapan sejumlah ilmuwan, sains telah memasuki usia senja dan mengalami stagnan, termasuk sains kedokteran. ( silahkan baca artikel yang berjudul Sains Dan Kehidupan dib log ini )

Seharusnya persoalan ini tidak terjadi kalau dasar berpijak cabang ilmu ini berada di tempat dan posisi yang tepat. Sains kedokteran memandang segala proses dan gejala yang terjadi dalam tubuh manusia sebagai proses fisis belaka dan penanganannyapun didasarkan pada pemahaman tersebut.
Padahal proses itu tidak mungkin terjadi kalau tidak ada kehidupan yang menggerakkannya.

Memang kalangan ilmuwan di bidang ini mengakui ada kehidupan dibalik itu, tetapi kehidupan yang mereka maksud, tidak jelas gambarannya, hanya meraba-raba.

Psikologi mencoba meraba-raba tentang kehidupan ini dalam mempelajari jiwa, tetapi bidang ilmu yang ini tidak jelas juga pemahamannya tentang jiwa yang dipelajarinya.
Jiwa yang menjadikan manusia hidup.

Psikologi hanya mempelajari jiwa dari sisi gejala, dorongan-dorongan dan perilaku yang menjadi out put dari aktivitas jiwa. Sementara jiwa sebagai inti persoalan setiap diri manusia, tidak tersentuh dalam arti tidak dipelajari.

Kalau saja sains kedokteran termasuk psikologi berdamai dengan Al Qur’an dan Al Hadith, banyak persoalan kesehatan manusia yang selama ini tidak bisa diselesaikan oleh kedokteran dan psikologi, bisa diselesaikan dengan baik.

Al Qur’an secara jelas mengajarkan kita tentang manusia, dan bahagian-bahagian pokok setiap diri. Manusia terdiri dari jasad/tubuh ( al jasad ), jiwa ( an nafs ) dan ruh ( ar ruh ).

Al Jasad
Tubuh atau al jasad sudah cukup jelas, yaitu sosok atau materi yang tertangkap oleh panca indera.

Jiwa
Pemahaman tentang jiwa ( an nafs ) yang kita tangkap dalam Al Qur’an dan Al Hadith adalah suatu sosok yang hidup, punya otoritas sendiri, bisa mandiri atau bisa terikat dalam suatu ikatan dengan jiwa lainnya atau sosok lain serta bisa terikat atau lepas dari jasad.
Setiap diri manusia terdiri dari banyak sekali jiwa yang terikat satu sama lain sebagai suatu ikatan yang kuat.

Persoalan yang cukup sulit adalah mengenal dan memahami jiwa ini seperti apa yang diajarkan oleh Allah Taala dalam Al Qur’an dan lewat Rasulullah saw.
Mengenal jiwa ( an nafs ) ini tidak bisa hanya dari yang kita baca dan kita dengar saja, tetapi harus dalam bentuk amaliah.
Ini sesuai dengan sifat dasar ilmu-ilmu dalam Islam yang sifatnya ilmu amaliah. Seseoragng tidak akan mendapatkan pemahaman yang benar tentang sesuatu ilmu dalam Al Qur’an tanpa proses pengamalan yang benar pula.
Misalnya tentang jiwa ( an nafs ), tidak mungkin kita tahu seluk-beluknya tanpa mengenalnya.

Untuk mengenal jiwa ( an nafs ) kita sendiri butuh proses panjang melalui tahap-tahap yang runut seperti yang diajarkan oleh Allah dalam Al Qur’an. Bisa-bisa yang kita sangka jiwa sendiri, padahal bukan, karena salah mengenal, sehingga menimbulkan berbagai akibat berupa gangguan penyakit yang sulit disembuhkan. Dari banyak kasus salah mengenal jiwa ini yang saya tangani, butuh waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya.

Kasus yang banyak saya temukan, penderita mengira jiwanya sendiri yang dia turuti, padahal itu syetan atau jiwa lain yang mendominasi dan menjajah jiwanya.

Mengenali jiwa sendiri secara benar dan tepat merupakan modal dasar bagi siapapun yang ingin mengobati orang.
Salah mengenal jiwa sendiri membawa persoalan rumit bagi dirinya dan orang yang diobatinya.

Kasus-kasus salah mengenal jiwa sendiri yang sudah sangat jauh mendalam dan berlarut-larut, tidak bisa disembuhkan lagi.

Untuk mengenal jiwa sendiri secara benar dan tepat, seseorang butuh bimbingan orang-orang yang paham cara-cara dan tahap-tahapnya secara runut jalan kearah pengenalan jiwa sendiri dalam bentuk praktek ( amaliah ). Kalau mau mencoba sendiri bisa saja, tetapi kemungkin untuk nyasarnya sangat besar.

Biasanya orang-orang yang telah mengenal jiwanya secara benar dan tepat, mereka bisa mengatasi persoalan kesehatan diri, kesehatan keluarga dan orang lain, sepanjang dia tahu cara memanfaatkan pengetahuannya itu.
Mereka juga bisa mengenal dan memilah-milah jiwa-jiwa yang bercokol dan mempengaruhi dirinya.

Orang-orang seperti ini punya kemampuan yang baik untuk membersihakan jiwanya seperti yang diperintah oleh Allah Taala.

Kalau ingin mengetahui jiwa dalam bentuk amaliah/praktek, saya sarankan anda membaca semua artikel yang saya posting di blog ini ( http://www.terapi-alif.blogspot.com ), mudah-mudahan bisa membantu.

Ar Ruh
Masalah ruh ( ar ruh ) tidak berani saya bicarakan secara terbuka disini, karena itu urusan Allah, hanya sedikit yang diajarkanNya.
Kalaupun saya bicarakan yang sedikit itu, paling-paling dalam lingkungan yang sangat terbatas.

Tetapi dengan memahami jiwa secara benar dan tepat, sudah cukup untuk menyelesaikan kasus-kasus kesehatan dan bisa menjawab berbagai persoalan yang belum terjawab selama ini.

CATATAN :
Saya telah membahas secara mendalam dan detail tentang syetan, jin dan Iblis, seperti apa mereka, bagaimana kehidupan mereka dan dimana mereka hidup, bagaimana interaksinya dengan setiap diri anak manusia yang mengakibatkan berbagai masalah bagi setiap anak manusia.
Saya juga membahas secara mendalam dan detail tentang jiwa setiap anak manusia, apa yang dimaksudkan dengan jiwa manusia, dimana keberadaan mereka, perannya yang sentral bagi setiap diri anak manusia, persoalan yang dialami oleh anak manusia ketika jiwanya error terutama kaitannya dengan penyakit nonmedis atau medis, apa yang membuatnya error dan bagaimana cara atau upaya memperbaikinya dalam arti penyembuhannya.
Semuanya saya bahas menggunakan fakta empiris yang saya peroleh selama menggeluti penyakit nonmedis 30 tahun lebih.
Untuk informasi tentang kedua buku tersebut silahkan klik ini
BUKU TERAPI ALIF

TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF
 
Free Blog CounterEnglish German Translation