Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.
Pada penciptaan pertama setiap jiwa anak manusia, hanya satu yang mereka kenal ialah Rabb Penciptanya, makanya begitu selesai diciptakan mereka masing-masing mengangkat saksi bahwa Allah adalah Rabbnya dan kesaksian itulah yang akan dipegang oleh Allah Taala dan akan dipertanggung jawabkan oleh setiap jiwa langsung pada Allah Taala sendiri di akherat nanti. Dan ini menjadi dasar fitrah penciptaan manusia seperti yang diterangkan oleh Allah Taala dalam Al Qur’an.
Begitu jiwa menempati tubuh dan mendominasi tubuh kemudian menggelinding dalam kehidupan di dunia, maka Allah Taala mengujinya dengan memberi kebebasan apa saja yang hendak diperbuatnya, meskipun setiap jiwa senantiasa berada dalam pemeliharaan dan pengawasanNya setiap saat. Apakah dia akan mematuhi perintah Rabbnya atau durhaka pada Rabbnya, karena pada setiap jiwa yang sempurna dalam ciptaannya diilhamkan kedurhakaan dan ketaqwaan.
Dalam interaksinya pada kehidupan duniawi inilah terbentuk banyak jiwa dari setiap manusia dan jiwanya terbagi dalam dua kelompok utama yaitu kelompok jiwa yang taqwa dan kelompok jiwa yang durhaka.
Kelompok jiwa yang taqwa terbagi lagi tingkatannya, begitu juga dengan kelompok jiwa yang durhaka. Jiwa-jiwa ini terbentuk dari segala aktivitas setiap manusia, baik aktivitas fisik maupun aktivitas bathiniah, meskipun hanya selintas dalam pikiran, perasaan dan hati. Jiwa-jiwa yang taqwa adalah milik Allah Taala Rabbnya, selain dari itu milik Iblis dan syetan bersama seluruh imperiumnya sesuai dengan Ketetapan Allah Taala Yang Maha Adil.
Iblis tahu betul dan sangat tahu tentang seluk-beluk jiwa manusia ini, makanya dia sukses dalam kejahatannya terhadap Nabi Adam as dan Rasulullah saw. Kalau bukan karena Rahmat dan Karunia Allah Yang Maha Belas Kasih, maka semua anak manusia binasa di tangan Iblis dan imperiumnya.
Iblis dan imperiumnya senantiasa tidak pernah lepas dari saluran ilham kedurhakaan pada setiap jiwa manusia, terus mendikte jiwa tersebut sesuai dengan patron yang dia inginkan. Kadang-kadang dengan cara sangat kasar dan kasar seperti diadunya dengan jiwa lain dari dalam diri manusia bersangkutan atau dengan jiwa lain dari manusia lainnya, atau juga jin dan syetan, akibatnya yang bersangkutan jatuh sakit.
Cara yang paling canggih yang dia lakukan mendikte dengan cara yang sangat halus, seolah-olah sebagai ilham ketaqwaan, sangat mirip dengan apa yang telah diajarkan oleh Allah Taala dan RasulNya tetapi tidak sama. Inilah bahagian ujian paling sulit bagi anak manusia.
Ada tokoh terkenal yang mampu mengatasi persoalan seperti ini yaitu Umar Bin Khattab, sahabat Rasulullah saw sendiri. Di sejumlah hadits dari para perawi terkenal, Rasullah saw mengatakan bahwa syetan takut pada Umar Bin Khattab, syetan akan lari menjauh begitu Umar Bin Khattab datang.
Kenapa bisa begitu. Kalau kita baca sejarah hidupnya, Umar Bin Khattab sangat tegas dan keras sikapnya dalam menjalankan hukum Allah Taala. Beliau hanya mengenal dua kata, ya atau tidak. Terhadap apa yang diperintahkan beliau hanya mengenal kata ya, tidak kurang dan tidak lebih, tidak ada kompromi atau kebijaksanaan. Begitu juga terhadap larangan, Umar Bin Khattab hanya kenal kata tidak tanpa ada kompromi sedikitpun.
Dari apa yang dipaparkan tadi, kita sudah bisa menangkap secara lebih jelas tentang an nas sebagai salah satu kata kunci dalam surat An Nas.
Bersambung.
CATATAN : Bagi anda yang ingin menyebar luaskan apa yang saya bahas di blog ini kepada siapapun, ada baiknya anda kasih saja alamat blog ini kepada mereka. Kalau anda sebarkan dengan cara apapun, saya khawatir kalau terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam bentuk apapun, anda yang bertanggung jawab pada Allah. Tokh pahalanya sama juga yang anda terima dengan penyebaran yang saya anjurkan. Terima kasih.
Wassalam.
TOP SELLING BUKU TERAPI ALIF